Bisnis.com, JAKARTA— Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Astera Primanto Bhakti mendorong Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kemenkeu Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk merangkul pelaku usaha ultra mikro lebih banyak lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pelaku usaha mikro menjadi salah satu segmen yang belum tersentuh oleh lembaga keuangan lainnya termasuk perbankan. Astera berharap PIP bisa turut melengkapi ekosistem pembiayaan bagi pelaku usaha ultra mikro.
“Kita punya saudara tua yang namanya PNM [Permodalan Nasional Madani], scoopnya lebih luas lagi, kita juga punya Pegadaian yang melakukan hal-hal yang sama [pembiayaan ultra mikro], ada payung yang besar yakni BRI yang memberikan dukungan kepada UMKM. Ini [penting] bagaimana PIP bisa mengisi puzzle yang kosong,” kata Astera dalam acara pembukaan Festival UMi di kawasan Ancol, Jakarta Utara pada Kamis (18/7/2024).
Astera pun mengapresiasi langkah PIP yang terus berinovasi menciptakan program untuk turut meningkatkan pembiayaan UMi sekaligus meningkatkan keterampilan berwirausaha pelaku usaha mikro melalui pembinaan.
Salah satunya melalui ajang UMi Youthpreneur yang merupakan kompetisi bagi para pelaku usaha muda. Bagi para peserta yang terplilih akan mendapatkan pembinaan, mendapatkan kesempatan networking atau perluasan jaringan, hingga pembiayaan.
Astera berharap PIP lebih banyak memberikan kesempatan lagi para pelaku usaha muda. Setelah kompetisi, Astera pun meminta PIP masih terus melakukan bimbingan serta monitoring terhadap para pelaku usaha muda tersebut.
“Terpenting adalah monitoring, enggak bisa sekali kita diemin saja. Kalau ini bisa kita lakukan dengan baik, ini bisa menjadi bisnis model untuk pembiayaan yang lain [PNM, Pegadaian],” katanya.
Lebih lanjut, Astera juga mengapreasiasi inisiasi Innovative Credit Scoring PIP yang bekerjasama dengan Pefindo dalam meluncurkan sistem penilaian kredit tersebut untuk mitigasi risiko.
Innovative Credit Scoring tersebut bisa digunakan penyalur untuk mengetahui kualitas deibutur, di mana sistemnya seperti Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) untuk perbankan hingga perusahaan pembiayaan.
Selain menjaga kualitas debitur, PIP juga berharap dapat mencegah masyarakat melalui gali lubang, tutup lubang dengan melakukan pinjaman pada entitas lain seperti koperasi dan pinjaman online (pinjol).
“Dengan berbagai hal yang telah dilakukan, diharapkan PIP lebih berarti bagi ultra mikro Indonesia. Terutam dengan adanya perbaikan ideologi perbaikan cara assesment [penilaian] permodelan, harapannya adalah lebih baik dengan governance yang baik dan juga penting bisa memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional,” tandas Astera.
Diketahui, PIP telah menyalurkan pembiayaan UMi sebanyak Rp40,53 triliun sejak 2017 sampai dengan saat ini. Nominal tersebut telah disalurkan kepada 10,62 juta debitur di 510 wilayah di Indonesia.
Penyaluran paling banyak disalurkan di Pulau Jawa dengan nominal Rp24,66 triliun kepada 6,71 juta debitur. Berikutnya Sumatera dengan total penyaluran Rp9,8 juta kepada 2,3 juta debitur.
Wilayah Sulawesi mencapai sebanyak Rp2,67 triliun dengan 672.417 debitur, sementara Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp2,26 triliun dengan total debitur 584.517.
Berikutnya wilayah Kalimantan dengan total penyaluran Rp895 miliar dengan jumlah debitur 225.075. Lalu wilayah Maluku dan Papu mencapai 158 miliar dengan jumlah debitur 36.886.