Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat hingga akhir Juni 2024 portofolio pembiayaan segmen mikro dan ultra mikro BRI mencapai Rp622,3 triliun dan telah menjangkau 36,1 juta debitur.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menuturkan secara umum, hingga akhir tahun strategi BRI untuk segmen mikro dan ultra mikro adalah dengan menerapkan penyaluran kredit yang selektif (selective growth).
"BRI juga akan memperkuat positioning bisnis mikronya dengan pendekatan ecosystem centric dan strategi Pemberdayaan Berada di Depan Pembiayaan," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (30/7/2024).
Selain itu BRI akan fokus pada penguasaan micropayment diupayakan dengan pembentukan ekosistem berbasis pemberdayaan.
Menurutnya, selain meningkatkan penghimpunan simpanan masyarakat, diharapkan turut mampu meningkatkan kedalaman inklusi keuangan yang berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa hingga akhir Juni 2024, perseroan menyalurkan kredit kepada segmen UMKM senilai Rp1.095,64 triliun atau setara 81,69% dari total penyaluran kredit BRI.
Baca Juga
“Salah satu bentuk komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yakni dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan khususnya pada segmen UMKM melalui penyaluran kredit yang berkualitas,” ujar Sunarso dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Apabila dirinci, penyaluran kredit BRI kepada segmen UMKM senilai Rp1.095,64 triliun terdiri dari segmen mikro sebesar Rp623 triliun, segmen kecil Rp232,3 triliun, segmen konsumer Rp198,8 triliun dan segmen menengah senilai Rp41,5 triliun.
Adapun, dari sisi jumlah, kata Sunarso, UMKM mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha. Sementara itu pada tahun 2023 lalu pelaku usaha UMKM mencapai sekitar 66 juta dengan kontribusi mencapai 61% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, atau setara Rp9.580 triliun.
Menurutnya, UMKM juga berperan besar dalam penyerapan lapangan pekerjaan dengan menyerap sekitar 117 juta pekerja (97%) dari total tenaga kerja.
Adapun, pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan penyaluran kredit yang selektif dan prudent sehingga Perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.
“Rasio Loan at Risk [LAR] tercatat membaik atau turun, dari semula 14,94% pada akhir kuartal II/2023 menjadi 12% pada akhir kuartal II/2024," ujar Sunarso.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di kisaran 3,05% dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60%.