Menurutnya, meskipun tantangan pada segmen ini adalah daya beli yang tertekan inflasi, namun keyakinan masyarakat terhadap ekonomi yang membaik terpantau masih tinggi, sehingga tidak ragu dalam melakukan konsumsi maupun ber investasi.
Sejalan dengan hal tersebut, Yuddy pun memproyeksikan pertumbuhan personal loan BJBR berada pada kisaran 6%-8% hingga akhir 2024.
Dia mengatakan ke depan, personal loan berbasis payroll akan terus didorong untuk bisa bertumbuh, karena, kata Yuddy, tahun ini menjadi tahun peningkatan personal loan pasca Pilpres, di mana potensi-potensi baru calon nasabah atau debitur kian meningkat terutama dari anggota-anggota legislatif baru yang utamanya di wilayah Jawa Barat dan Banten.
“Yang pasti akan meningkatan nominal akuisisi dan pendapatan bagi Bank BJB,” ujarnya.
Dari kalangan bank jumbo, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sendiri terus mempersiapkan ancang-ancang di tengah berbagai potensi risiko yang ada.
Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan dalam melakukan ekspansi kredit, Bank Mandiri selalu memperhatikan potensi resiko yang terjadi, salah satunya adalah pelemahan daya beli masyarakat, di mana hal ini tercermin dari penurunan dari Consumer Confident Index dari 127,7% pada April 2024 menjadi 123,3% pada Juni 2024 yang diikuti oleh penurunan juga dari Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari 52,9% pada April 2024 menjadi 50,7% pada Juni 2024.
Baca Juga
Menurutnya, agar penyeluruhan kredit tetap mudah, pihaknya melakukan pertumbuhan yang targeted kepada nasabah wholesale dengan mempertimbangkan portofolio guideline.
“Kita juga disiplin untuk memilih sesuai dengan [debitur] yang sehat dengan strategi yang telah kami lakukan, diantaranya adalah loan follow transaction,” ujarnya dalam Paparan Kinerja Semester I/2024, baru-baru ini.
Sementara itu, Sigit menuturkan pertumbuhan untuk retail sendiri bakal berdasarkan pendekatan ekosistem wholesale maupun juga sektor unggulan di wilayah dan untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang unpredictable.
“Kami juga menyiapkan pencadangan di level yang cukup baik dan cukup tinggi dengan NPL coverage pada Juni ini mencapai 332%,” ungkapnya.
Dari pemain bank jumbo swasta, BCA optimistis mencapai target pertumbuhan total kredit pada 2024 yakni 9%-10%. Portofolio kredit konsumer BCA meningkat 13,6% YoY menjadi Rp210,2 triliun per Juni 2024, didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8% YoY mencapai Rp126,9 triliun serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4% YoY menjadi Rp62,1 triliun.
“Outstanding pinjaman konsumer lainnya tumbuh 20,2% YoY mencapai Rp17,8 triliun. Segmen pinjaman konsumer lainnya ini mencakup pinjaman perorangan (personal loan) yang sebagian besar merupakan kartu kredit. Selain itu, terdapat pula Paylater BCA hingga payroll,” ungkap EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn kepada Bisnis.
Ke depan, BCA berkomitmen senantiasa menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial dengan tetap memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kondisi perkonomian domestik maupun global, termasuk menyalurkan kredit secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko disiplin.
“Kami optimistis penyaluran kredit konsumer akan terus tumbuh ke depannya. BCA secara konsisten memberikan nilai tambah kepada nasabah dengan menghadirkan beragam promo menarik di berbagai segmen,” ujar Hera.