Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Banten (Perseroda) Tbk. atau Bank Banten (BEKS) terus berupaya menekan laju rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL). Perseroan juga menargetkan NPL berada di bawah 5% pada 2025.
Direktur Utama Bank Banten Muhammad Busthami mengungkapkan sebenarnya sebagian besar portofolio NPL yang ada saat ini merupakan warisan dari kredit bermasalah di masa lalu.
Untuk diketahui, NPL gross BEKS masih tinggi yakni sebesar 9,76% pada Juni 2024, naik dari 9,59% pada 30 Juni 2023. Angka itu di atas threshold yang ditetapkan oleh regulator sebesar 5%. Sementara itu, rasio NPL net juga mengalami kenaikan dari 1,42% menjadi 1,74%.
Dia pun memberi contoh tentang salah satu perusahaan BUMN yang merupakan debitur Bank Banten dengan nilai kredit macet yang cukup besar.
Busthami menyebut saat itu ketika pihaknya sudah melakukan approach, lalu melakukan proses restrukturisasi, namun perusahaan tersebut justru menghadapi masalah hukum.
”Jadi kita lakukan pemetaan. Satu, kita kerjakan sendiri. Kedua, kita minta bantuan pihak ketiga. Ketiga, kita sudah ada kerjasama dengan pihak kejaksaan tinggi berupa surat kuasa khusus. Ya, mudah-mudahan InsyaAllah bisa lebih baik,” ujarnya, Selasa (20/8/2024)
Baca Juga
Sayangnya, dia enggan menyebutkan perusahaan apa serta besaran nilai utang yang dimiliki. Meski demikian, dia juga mengungkapkan bahwa Bank Banten sedang melakukan pembicaraan terkait masalah ini, termasuk berkomunikasi dengan Kementerian BUMN.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada penyelesaiannya,” harapnya.
Ke depan, BEKS memproyeksikan dapat memperbaiki kondisi kredit bermasalah dengan level di bawah 5% pada 2025. Adapun, penempatan Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) juga dinilai bisa menjadi katalis positif dalam perbaikan kualitas kredit.
Pasalnya, peningkatan portofolio kredit yang bagus akan turut menurunkan tingkat NPL yang ada.
“Apalagi kalau kemudian RKUD banyak yang bisa efektif di tahun ini, itu sangat membantu sekali. Kenapa sangat membantu? Satu, membuka akses bisnis yang lebih besar lagi bagi Bank Banten,” tutur Busthami.
Terkait kinerja, Bank Banten (BEKS) mencetak laba bersih pada semester I/2024 setelah pada periode yang sama tahun lalu membukukan rugi bersih.
Dikutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada Kamis (15/8/2024), laba bersih Bank Banten pada semester I/2024 tercatat Rp3,56 miliar. Sementara, pada paruh pertama tahun lalu rugi Rp24,10 miliar.
Pada periode itu, BEKS juga membukukan laba operasional bersih senilai Rp30,86 miliar usai mencetak rugi operasional bersih Rp30,60 miliar per 30 Juni 2023. Kinerja pada semester I/2024 berasal dari pendapatan bunga bersih senilai Rp82,65 miliar, lebih rendah 13,06% YoY dari Rp95,07 miliar.
Bank Banten sebenarnya mencatatkan kenaikan pendapatan bunga 3,29% YoY menjadi Rp229,73 miliar. Namun, era suku bunga tinggi juga mendongkrak beban bunga 15,50% menjadi Rp147,08 miliar.
Meskipun secara pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional BEKS mengalami penurunan, tetapi tercatat pelonjakan pemulihan kerugian penurunan nilai aset keuangan bersih sebesar 414,76% YoY dari Rp8,81 miliar menjadi Rp45,35 miliar.
Dari situ, Bank Banten pun dapat membukukan laba operasional bersih dan laba bersih usai mencatatkan rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi penyaluran kredit, tercatat senilai Rp3,64 triliun turun tipis 0,35% YoY dengan nilai simpanan pihak ketiga Rp4,44 triliun yang juga lebih rendah 0,33% YoY. Aset bank mengalami kenaikan dari Rp6,80 triliun menjadi Rp7,13 triliun per akhir Juni 2024.