Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelas Menengah RI Turun, WOM Finance (WOMF) Siapkan Strategi Hadang Kredit Macet

Saat daya beli masyarakat menurun, kemampuan untuk membayar angsuran menjadi terbatas. Akibatnya risiko kredit macet semakin meningkat.
Karyawati melayani nasabah di salah satu kantor cabang PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (7/8/2023). Bisnis/Abdurachman
Karyawati melayani nasabah di salah satu kantor cabang PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (7/8/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan multifinance PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance mengomentari soal menurunnya jumlah kelas menengah terhadap bisnis khususnya kredit bermasalah. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya 9,4 juta penduduk kelas menengah telah turun kasta ke kelompok aspiring middle class selama 2019 sampai dengan 2024 menjadi 47,85 juta.

Secara tahunan, jumlah kelas menengah juga turun dari 2023 yang sebanyak 48,27 juta orang. Sementara nonperforming finance (NPF) perusahaan pembiayaan per Juni 2024 tercatat 2,8%, naik secara tahunan (YoY) dan bulanan (MtM) yakni masing-masing 2,69% pada Juni 2023 dan 2,77% pada Mei 2024. 

Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi mengatakan ketika daya beli masyarakat menurun, kemampuan mereka untuk membayar angsuran menjadi terbatas. Akibatnya risiko kredit macet semakin meningkat. 

Untuk menekan hal tersebut, Cincin mengatakan perusahaan menerapkan beberapa strategi untuk mengatasi tantangan ini, yaitu evaluasi ulang profil konsumen, peningkatan kualitas penyaluran kredit dengan memperketat proses penilaian kredit untuk memastikan konsumen yang disetujui memiliki kemampuan untuk membayar. 

“Perusahaan juga melakukan pengelolaan piutang yang efektif dan peningkatan layanan konsumen,” kata Cincin saat dihubungi Bisnis, Rabu (4/9/2024). 

Cincin memastikan bahwa NPF perusahaan masih berada di bahwa ketentuan OJK yakni di bawah 5%. Cincin mengatakan perusahaan juga terus beradaptasi dengan perubahan kondisi ekonomi dan perilaku konsumen. Menurutnya fleksibilitas dan inovasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan penurunan daya beli. 

Di sisi lain, Cincin menyebut perusahaan juga cukup optimistis kondisi ke depannya akan semakin baik. Perseroan telah mempersiapkan berbagai strategi untuk mendukung pertumbuhan bisnis, di antaranya dengan terus melakukan eksplorasi bisnis di wilayah yang potensial untuk memperluas jaringan bisnis perusahaan.

Kemudian, digitalisasi proses bisnis untuk terus memberikan kemudahan kepada seluruh konsumen maupun calon konsumen Perusahaan, serta memberikan beragam program promosi yang menarik untuk meningkatkan minat masyarakat.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut penurunan populasi middle class menunjukan dampak dengan adanya penurunan daya beli. Menurunya dampak berganda tersebut juga berpengaruh terhadap industri pembiayaan secara keseluruhan. 

“Ya tentunya karena masyarakat kita ini misalnya menunda dulu membeli kendaraan, karena banyaknya kebutuhan-kebutuhan lain yang harus diprioritaskan. Karena kan misalnya naik kebutuhan pokok, kebutuhan pokok didahulukan,” kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, Jumat (30/8/2024). 

Tidak hanya sampai disitu, untuk pembiayaan yang sudah berjalan, Suwandi mengatakan kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) akan berpengaruh. Dia mengatakan dengan adanya peningkatan NPF akan ada tambahan biaya provisi atau pencadangan terhadap potensi kredit bermasalah. 

“Nah, ini tentu akan mengganggu profitabilitas daripada pendudukannya masing-masing,” kata Suwandi. 

Suwandi mengatakan apabila peningkatan NPF pada perusahaan cukup tinggi, perusahaan harus mencadangkan. Dengan pencadangan tentunya profitabilitas akan terganggu. Untuk mengantisipasi dampak penurunan middle class tersebut, Suwandi mengatakan perlu kerja bersama. 

“Kerja bareng, pemerintah dapat menstabilkan harga, sehingga masyarakat bisa melakukan pendapatan kembali terhadap masing-masih keuangannya. Jadi, misal mau jual kendaraannya, kita bisa kendaraan baru lagi,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper