Bisnis.com, JAKARTA — Insurtech Rey meraih tambahan pendanaan senilai US$3,5 juta atau sekitar Rp53 miliar. Pendanaan tersebut berasal dari beberapa investor baru, yakni CyberAgent Capital, Arthazen Capital, dan PT Gametraco Tunggal.
CEO & Co-founder Rey Evan Tanotogono mengatakan pendanaan yang diperoleh Rey ini, selain dari investor baru, juga diikuti kembali oleh semua investor Rey dari tahap sebelumnya. Para investor tersebut adalah Trans Pacific Technology Fund (TPTF), Genesia Ventures, dan Reycom Document Solusi (RDS).
Dengan pendanaan baru, Rey terus berkomitmen menjadi pelopor inovasi di bidang kesehatan yang utamanya ditujukan bagi keberlanjutan asuransi dan pembiayaan kesehatan (health financing).
“Salah satu terobosan yang sedang dikembangkan adalah pengembangan sistem pakar berbasis generative AI dan rekam medis elektronik [RME] untuk klaim dan underwriting kesehatan. Terobosan ini telah menjadikan Rey sebagai pionir di industri ini,” kata Evan dalam keterangan resminya pada Senin (30/9/2024).
Evan mengatakan Rey juga mengenalkan teknologi generative AI tersebut dalam Indonesia Underwriting Summit 2024 yang diadakan oleh Perkumpulan Underwriting Jiwa Indonesia (PERUJI) pada Agustus 2024. Teknologi tersebut, menurut Evan, mendapat respons positif dan telah diadopsi oleh beberapa perusahaan asuransi di Indonesia.
Evan mengatakan dengan memanfaatkan teknologi, Rey dapat membantu perusahaan asuransi konvensional dari menghadirkan proteksi kesehatan yang sebelumnya sekadar sebuah polis menjadi sebuah end-to-end health solution.
Baca Juga
Salah satu inovasi yang dihadirkan Rey yakni melalui model administrasi pihak ketiga (TPA). Layanan TPA yang selama ini masih konvensional, cenderung administratif, dan transaksional hanya saat ada klaim kesehatan saja. Kini, dengan bantuan teknologi, ekosistem Rey menawarkan proposisi baru yang mengungguli model bisnis TPA konvensional.
Evan mengatakan melalui active health management, Rey menyediakan tidak sebatas layanan administrasi klaim, tetapi juga berfokus pada keterlibatan layanan kesehatan yang berkelanjutan baik secara preventif maupun kuratif.
Inovasi ekosistem Rey juga menjadi tawaran solusi untuk kondisi industri asuransi kesehatan yang saat ini sedang menghadapi tantangan serius karena memburuknya performa klaim.
“Di Rey, kami membangun ekosistem kesehatan holistik, dari tele kesehatan sebagai primary care, ajudikasi klaim, dan care management hingga fitur kebugaran yang berfokus pada wellbeing pengguna sekaligus optimalisasi klaim. Kedua hal ini belum pernah menjadi prioritas bagi model TPA konvensional,” kata Evan.
Menurut Evan, Rey melakukan inovasi di bidang kesehatan dengan memposisikan diri dari mindset dan perspektif penanggung/asuransi untuk membuktikan bahwa pendekatan integrasi kesehatan ujung ke ujung mampu mengoptimalkan rasio klaim. Pemanfaatan teknologi layanan kesehatan dari mindset yang tepat dapat memberikan dampak positif.
“Kami percaya bahwa penyediaan proteksi kesehatan dapat sustainable jika penanggungnya tidak dirugikan. Kami pun percaya tidak mungkin memecahkan masalah yang dihadapi penanggung kesehatan tanpa melakukan inovasi di bidang teknologi layanan kesehatan itu sendiri,“ ungkap Evan.
Rey mengklaim rasio klaim produk asuransi yang diintegrasikan dengan platform tercatat masih berada di sekitar 50%. Angka tersebut lebih rendah dari rasio klaim asuransi kesehatan konvensional. Adapun rasio klaim terhadap premi asuransi kesehatan pada semester 1/2024 dari data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencapai 105,7%.