Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Nasabah Beda Segmen, Nominal Pinjaman Paylater Multifinance Disalip Perbankan

Direktur Indodana Finance Iwan Dewanto menjelaskan alasan nilai paylater multifinance kalah dengan perbankan adalah beda segmentasi nasabah.
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Pertumbuhan pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) dari perusahaan pembiayaan atau multifinance dalam tiga bulan berturut-turut, Juni sampai Agustus 2024 selalu lebih tinggi dari BNPL perbankan. Namun dari segi nominal, BNPL perusahan pembiayaan masih kalah.

Direktur PT Indodana Multi Finance (Indodana Finance) Iwan Dewanto menjelaskan alasannya adalah segmentasi BNPL multifinance dengan perbankan berbeda.

Segmentasi BNPL perbankan menyasar kepada masyarakat yang sudah terakses pembiayaan bank atau banked, sedangkan BNPL multifinance lebih menyasar segmentasi masyarakat unbanked.

Iwan mengatakan, populasi unbanked di Indonesia sangat besar mencapai 67%. Sayangnya, pangsa pasar yang besar itu tidak serta-merta menjadi peluang dan potensi multifinance.

"67% itu profil risikonya pasti lebih tinggi. Namanya unbanked, mau tidak mau profil risiko lebih tinggi. Pangsa pasar iya di depan mata, tapi dari credit scoring kita harus kita perkuat," kata Iwan saat ditemui di Midaz Senayan, Jakarta, Rabu (9/10/2024).

Karena tidak hanya fokus menggenjot besaran pembiayaan BNPL, industri multifinance juga dituntut tetap menjaga rasio kredit macet alias nonperforming financing (NPF). 

Adapun NPF gross BNPL perusahaan pembiayaan dari Juni hingga Agustus 2024 masing-masing 3,07%, 2,82%, dan membaik pada level 2,52%.

"Jangan sampai langsung diambil semua [potensi 67% masyarakat unbanked], tapi dampaknya ke NPF bagaimana. Jadi, unbank profil risiko lebih tinggi otomatis credit scoring kita perkuat," kata dia.

Sementara dari sisi kemampuan multifinance, Iwan menegaskan tidak ada isu dari sisi permodalan dan pendanaan. Menurutnya, semua perusahaan pasti mematuhi peraturan modal minimum yang diatur oleh OJK.

Iwan juga optimistis pembiayaan BNPL multifinance akan tetap terjaga. Hal itu selaras dengan pertumbuhan Indodana Finance. Meski enggan menyebut angkanya, Iwan mengatakan Indodana hingga semester I/2024 ini berhasil mencatatkan pertumbuhan BNPL dua digit dengan NPF di bawah 2,5%.

"Dari likuiditas kita juga tidak ada masalah karena kami kerja sama dengan beberapa bank untuk pendanaan di kita. Jadi di sisi likuiditas tidak ada masalah. Termasuk di industri. Mau berapapun, tidak ada isu di likuiditas," tegas dia.

Sebagai gambaran, piutang pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan (PP) pada Juni 2024 tumbuh 47,81% YoY dengan nilai Rp7,24 triliun. Sedangkan baki debet BNPL perbankan pada Juni 2024 tumbuh 47,42% dengan nilai Rp17,72 triliun.

Sementara pada Juli 2024, piutang pembiayaan BNPL PP naik 73,55% YoY dengan nilai Rp7,81 triliun, sedangkan baki debet BNPL perbankan naik 36,66% dengan nilai mencapai Rp18,01 triliun.

Terbaru, pada Agustus 2024 piutang pembiayaan BNPL PP bahkan tumbuh 89,20% YoY dengan nilai Rp7,99 triliun dengan baki debet BNPL perbankan mencatat kenaikan 40,68% YoY dengan nilai Rp18,38 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper