Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan BI Perluas Insentif Likuiditas ke Sektor Padat Karya Tahun Depan

Berikut alasan BI akan memperluas kebijakan pemberian insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) ke sektor padat karya mulai 1 Januari 2025.
Pekerja melintas dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja melintas dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) akan memperluas kebijakan pemberian insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) ke sektor padat karya mulai 1 Januari 2025. Hal ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penyaluran kredit ke sektor-sektor tersebut.

Deputi Gubernur BI Juda Agung melaporkan bahwa per September 2024 penyaluran kredit perbankan tumbuh 10,85% yoy.

Adapun, pertumbuhan yang moncer ini ditopang oleh sejumlah sektor, meliputi pertambangan sebesar 26,7%, listrik, gas, dan air (LGA) 15,9% kemudian pengangkutan, telekomunikasi dan sebagainya mencapai 17,5%; dan jasa dunia usaha 16%.

“Jadi, driver dari pertumbuhan kredit hingga bulan September itu lebih banyak memang sektor-sektor yang bersifat padat modal atau capital intensive seperti pertambangan dan sebagainya,” ujarnya dalam Konferensi Pers RDG BI, Rabu (16/10/2024).

Sebagaimana diketahui, saat ini bank mendapatkan insentif kebijakan likuditas makroprudensial (KLM) apabila menyalurkan kredit ke sektor prioritas, yakni hilirisasi (minerba dan nonminerba), perumahan, pariwisata, dan sektor otomotif, perdagangan, LGA, dan jasa sosial. 

Dengan demikian, insentif yang sudah banyak diberikan kepada sektor-sektor padat modal, kini membuat BI akan memprioritaskan pemberian insentif kepada sektor-sektor yang bersifat padat karya atau labor intensive untuk mendorong penciptaan lapangan kerja.

Pasalnya, sektor padat karya untuk saat ini masih mencatatkan pertumbuhan yang mini, seperti pertanian yang tumbuh terbatas 7,4%, industri pengolahan yang salah satu yang terbesar juga hanya mencapai 7,22%, dan perdagangan hanya tumbuh 8,4%. “Jadi, ini memang kita menggeser kepada sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja,” ucapnya. 

Pada saat yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan bahwa kebijakan ini akan menciptakan siklus positif.  

Dimulai dari peningkatan penyaluran kredit ke sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja, yang kemudian mendorong pertumbuhan sektor tersebut dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. 

Selanjutnya, dengan bertambahnya lapangan kerja, pendapatan masyarakat akan meningkat, diikuti oleh peningkatan konsumsi, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

“Ini insya Allah kita akan kebut nih dalam bulan ini, bulan depan, supaya bisa efektif kita implementasikan per 1 Januari 2025,” tandas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper