Bisnis.com, JAKARTA - DBS Group Research memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan tetap moderat dalam kisaran 10% hingga 12% untuk tahun ini usai Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% pada periode 15—16 Oktober 2024.
Senior Economist DBS Group Research Radhika Rao mengatakan volatilitas rupiah baru-baru ini dan intervensi agresif bank sentral untuk menahan pelemahan mata uang yang cukup signifikan telah mengurangi peluang untuk pemotongan suku bunga beruntun.
“Hal ini juga menandai dukungan untuk stabilitas pasar keuangan saat pemerintahan baru akan mulai menjabat pada awal minggu depan,” ujarnya dalam laporan DBS Flash Indonesia: Rate pause, new government, Jumat (18/10/2024).
Selanjutnya, penilaian ekonomi dinilai cukup seimbang, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dipertahankan pada kisaran 4,7-5,5%.
Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa BI akan memperpanjang insentif likuiditas untuk sektor-sektor padat karya, termasuk UMKM, pertanian, dan sektor manufaktur untuk mendorong pertumbuhan kredit yang melambat dan tumbuh di bawah 11% pada September 2024.
“Pada saat yang sama, persyaratan uang muka kredit properti dan kendaraan diperpanjang lebih dari satu tahun,” demikian isi laporan tersebut.
Baca Juga
Adapun, proyeksi DBS ini sejalan dengan prediksi BI yang memperkirakan pertumbuhan kredit 2024 berada pada kisaran 10-12%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan kredit pada September 2024 tetap kuat, mencapai 10,85% (yoy).
“Dari sisi penawaran, kuatnya pertumbuhan kredit didukung oleh minat penyaluran kredit yang terjaga, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan KLM Bank Indonesia,” ujarnya dalam Konferensi Pers RDG BI, Rabu (16/10/2024)
Tercatat, hingga minggu kedua Oktober 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,5 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp119 triliun, bank BUSN sebesar Rp110,2 triliun, BPD sebesar Rp24,6 triliun, dan KCBA sebesar Rp2,7 triliun.
Insentif KLM tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yaitu Hilirisasi Minerba dan Pangan, UMKM, Sektor Otomotif, Perdagangan dan Listrik, Gas dan Air (LGA), serta sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada mayoritas sektor ekonomi tetap kuat, terutama pada sektor Jasa Dunia Usaha, Perdagangan, Industri, Pertambangan, dan Pengangkutan.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi, masing-masing sebesar 10,01% (yoy), 10,88% (yoy), dan 12,26% (yoy) pada September 2024. Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 11,37% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 5,04% (yoy), membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.