Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Panin Tbk. (PNBN) membukukan laba bersih senilai Rp2,30 triliun hingga kuartal III/2024.
Pada periode yang sama, aset konsolidasi Bank Panin tercatat senilai Rp230,6 triliun, tumbuh 3,86% secara tahunan. Pertumbuhan aset dan raihan laba hingga akhir September 2024 itu didorong oleh penyaluran kredit senilai Rp149,02 triliun, naik 0,35% dibandingkan dengan akhir Desember 2023.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kuartal III/2023, laba PNBN mengalami koreksi 18,98%. Pada September tahun lalu, laba perseroan mencapai Rp2,83 triliun.
Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo mengatakan kenaikan suku bunga yang terjadi selama tahun 2024 telah menyebabkan turunnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM) menjadi 4,44%. Level NIM ini menurun dari 5,06% pada kuartal III/2023.
Hal ini disebutkan sebagai faktor yang menekan kemampuan bank membukukan laba. "Di samping itu, hingga kuartal III tahun 2024 Bank Panin membukukan biaya penyisihan penghapusan kredit sebesar Rp902,99 miliar," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (25/10/2024).
Adapun, pertumbuhan kredit Bank Panin didukung segmen Ritel, khususnya KPR yang naik 6,47% serta segmen Komersial yang naik 3,84%. Dengan pertumbuhan tersebut porsi kredit Ritel dan Komersial kini mencapai 56,43% dari total kredit dan sisanya segmen Korporasi.
Posisi likuiditas PNBN terjaga dengan baik dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,41% dan telah mencapai Rp153,08 triliun dengan rasio dana murah atau CASA mencapai 42,99%.
Pada awal Oktober 2024 Bank Panin berhasil menyelesaikan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan IV Bank Panin Tahap II Tahun 2024, dengan jumlah Pokok Obligasi yang diterbitkan sebesar Rp3,91 triliun.
Baca Juga : Maju Mundur Divestasi Panin (PNBN) |
---|
Seluruh dana hasil penerbitan Obligasi Berkelanjutan tersebut, setelah dikurangi biaya-biaya Emisi, akan dipergunakan untuk modal kerja dalam rangka pengembangan usaha terutama dalam pemberian kredit.
Dari sisi permodalan terus ditingkatkan dan telah mencapai Rp52,2 triliun dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 34,08%. Rasio likuiditas Loan-to-Deposit Ratio (LDR) berada pada posisi optimum sebesar 91,78% pada September 2024.
Untuk kualitas kredit, perseroan mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada level yang aman. NPL gross diturunkan menjadi 3,17% dari periode yang sama tahun 2023 sebesar 3,70%, sedangkan NPL net dijaga pada level 1,09%.