Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat dalam 5 tahun terakhir industri asuransi jiwa mulai bertransformasi menggunakan teknologi digital termasuk artificial intelligence (AI). Perusahaan juga memperkuat pemasaran berbasis digital.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko dan GCG AAJI Fauzi Arfan mengatakan pendapatan premi dari saluran distribusi digital atau e-commerce memang saat ini porsinya masih kecil, namun mengalami pertumbuhan signifikan dalam 5 tahun terakhir.
Adapun hingga semester I/2024, pendapatan premi yang dihasilkan dari produk asuransi yang dipasarkan melalui e-commerce baru sebesar Rp 81,9 miliar, atau berkontribusi kurang dari 0,1% terhadap total pendapatan premi asuransi jiwa.
"Sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan premi dari kanal distribusi lainnya. Namun dalam lima tahun terakhir pertumbuhannya mencapai lebih hampir 100%," kata Fauzi kepada Bisnis, pekan lalu (14/11/2024).
Menurutnya, masih menjadi jalan yang sangat panjang untuk meningkatkan pendapatan premi dari kanal distribusi digital. Berdasarkan peta jalan industri asuransi yang disusun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah menargetkan saluran distribusi e-commerce pada 2027 nanti porsinya mencapai 45% dan menjadi yang paling dominan.
Menurut Fauzi, industri asuransi jiwa selain perlu memperkuat ekosistem digital perusahaan, mereka juga perlu meningkatkan literasi dan edukasi ke masyarakat akan pentingnya perlindungan jiwa.
Baca Juga
"Dengan semakin meningkatnya kesadaran berasuransi bagi masyarakat maka akan semakin membuka peluang perluasan pasar termasuk meningkatkan penjualan produk asuransi jiwa melalui kanal-kanal digital," ujarnya.
Dalam pemutakhiran teknologi di industri asuransi jiwa ini, Fauzi menilai ukuran tingkat efisiensi operasional bisa bervariasi berdasarkan faktor-faktor tertentu. Misalnya seperti tingkat adopsi teknologi, jenis teknologi yang digunakan dan juga kesiapan infrastruktur perusahaan.
"Menurut survei terbaru dari McKinsey, adopsi AI memang telah meningkat secara signifikan, dengan 72% organisasi sekarang menggunakan AI dalam setidaknya satu fungsi bisnis," pungkasnya.