Dia menilai perbaikan ekosistem menjadi kunci, melibatkan berbagai pihak seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pemerintah, rumah sakit, hingga farmasi.
Menurutnya industri asuransi jiwa perlu memainkan peran strategis sebagai inisiator solusi, dengan pendekatan kreatif dan komitmen yang kuat.
Delil juga memaparkan strategi Indonesia Re ke depan, menyesuaikan dengan tantangan yang ada. “Kami lebih fokus pada pertumbuhan kualitas bisnis daripada sekadar pertumbuhan premi,” ungkapnya.
Delil menjelaskan bahwa peningkatan kualitas underwriting menjadi prioritas utama bagi Indonesia Re. Langkah-langkah yang diambil mencakup penguatan tata kelola, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, serta digitalisasi proses bisnis untuk memastikan pencatatan dan pembayaran klaim dapat dilakukan secara tepat waktu.
Dia juga menambahkan bahwa penerapan full reporting treaty mulai 2024 akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan pengelolaan data.
Dengan data yang lebih detail, perusahaan dapat mengelola risiko, menentukan cadangan, dan mengambil keputusan retrosesi secara lebih efektif. Meski tantangan besar menanti, Delil tetap optimistis dengan potensi industri asuransi dan reasuransi pada 2025.
“Industri ini punya peluang besar jika kita mampu memanfaatkan momentum dengan baik. Tantangannya banyak, tetapi opportunity-nya juga luar biasa,” pungkasnya.