Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) membukukan laba bersih sebesar Rp50 triliun sampai November tahun ini, tumbuh 3,96% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya Rp49,09 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, pertumbuhan laba bank pelat merah ini terdorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 1,31% yoy menjadi Rp100,88 triliun per November 2024.
Selain dari bunga,Bank BRI pun telah meraup pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebesar Rp20,34 triliun per November 2024, naik 9,66% yoy.
Akan tetapi, BBRI telah mencatatkan pembengkakan beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) 34,32% yoy menjadi Rp35,52 triliun per November 2024, dibandingkan Rp26,44 per November 2023.
Dari fungsi intermediasi, BBRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.219,21 triliun per November 2024, naik 4,99% yoy. Aset BBRI pun naik 4,36% yoy menjadi Rp1.851,3 triliun.
Dari sisi pendanaan, BBRI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.386,71 triliun per November 2024, tumbuh 6,95% yoy.
Baca Juga
Pendanaan BBRI ditopang dana murah (current acount saving acount/CASA) yang naik 10,79% yoy menjadi Rp914,83 triliun per November 2024. CASA anggota kelompok bank bermodal inti (KBMI) IV ini mencapai porsi 65,97% terhadap keseluruhan pendanaan.
Sementara itu, tahun ini saham BBRI mengalami tren pelemahan. Harga saham BBRI turun 2,38% pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (27/12/2024) ke level Rp4.100.
Harga saham BBRI pun turun 6,82% dalam sebulan perdagangan terakhir dan terjun 19,61% dalam tiga bulan perdagangan terakhir. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham BBRI telah ambrol 27,75%.