Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi pada tahun ini diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global, risiko bencana alam akibat perubahan iklim, dan persaingan bisnis yang semakin ketat.
Menurut pengamat asuransi Mike Rini, situasi ekonomi global yang tidak menentu dan dampak perubahan iklim akan menjadi faktor utama yang memengaruhi industri asuransi ke depan.
“Saya memberikan pandangan secara umum saja, jika membicarakan outlook industri asuransi dan reasuransi pada tahun depan pastinya banyak faktor yang memengaruhi mulai dari situasi ekonomi, regulasi, hingga perkembangan teknologi,” kata Mike Rini kepada Bisnis pada Kamis (2/1/2025).
Mike menambahkan bahwa tantangan utama yang mungkin dihadapi adalah ketidakpastian ekonomi global, yang berdampak pada daya beli masyarakat dan investasi dalam sektor asuransi. Selain itu, peningkatan risiko bencana alam akibat perubahan iklim juga menjadi perhatian utama bagi industri asuransi.
“Dan semakin ketatnya persaingan bisnis di industri ini yang mendorong harus bisa beradaptasinya pelaku bisnis ini untuk bertransformasi digital,” tambahnya.
Namun, di balik tantangan tersebut, Mike Rini juga melihat adanya peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri asuransi. Salah satunya adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan asuransi.
Menurutnya, masih ada potensi pasar yang belum tergarap, serta peluang untuk mengembangkan inovasi produk dan layanan berbasis teknologi.
“Walau begitu tetap ada peluang, saya lihat tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi semakin baik, lagipula masih ada potensi pasar yang belum tergarap, juga peluang untuk memanfaatkan inovasi produk dan layanan berbasis teknologi,” tutup Mike.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset industri asuransi mencapai Rp1.133,58 triliun per Oktober 2024.
Angka tersebut meningkat 2,98% secara tahunan (year on year/yoy) dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Aset industri asuransi tersebut terdiri dari asuransi komersial yang mencapai Rp914,03 triliun yang mana naik sebanyak 4,31% yoy.
Kemudian asuransi non-komersial, yang total asetnya tercatat senilai Rp219,55 triliun atau menurun 2,20% yoy. Dari sisi premi, akumulasi pendapatan premi asuransi komersial naik 2,8% yoy atau mencapai Rp271,63 triliun.
Akumulasi tersebut terdiri dari premi asuransi jiwa yang tumbuh 2,74% yoy dan premi asuransi umum dan reasuransi yang tumbuh 2,87% yoy. Adapun premi asuransi jiwa pada Oktober 2024 mencapai Rp150,53 triliun.
Premi asuransi jiwa, walaupun hanya tumbuh 2,74%, tetapi mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu. Kala itu preminya mengalami penurunan 6,93% yoy yang hanya Rp146,52 triliun per Oktober 2023.
Sementara itu, premi industri asuransi umum mencapai sebanyak Rp121,10 triliun per periode tersebut, yang mana mengalami kenaikan 2,87% secara tahunan yoy.
Pertumbuhan tersebut lebih lambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun lalu, yang mana premi industri asuransiumum dan reasuransi mencapai Rp117,72 triliun yang mengalami peningkatan 15,86% yoy per Oktober 2023.