Dari kelompok bank swasta, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) alias BCA juga mencatatkan kenaikan beban bunga pada 2024, meskipun tidak signifikan. BCA memiliki beban bunga sebesar Rp12,53 triliun, naik 1,45% YoY dari Rp12,35 triliun.
Di sisi lain, pendapatan bunga bersih bank milik Grup Djarum ini tumbuh 9,76% YoY hingga mencapai Rp82,52 triliun. Rasio NIM BCA naik tipis dari 5,54% pada 2023 menjadi 5,83% pada 2024.
Terkait biaya dana (cost of fund) yang mencakup besaran beban bunga, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memaparkan kondisinya terbilang stabil karena tingkat bunga simpanan baik deposito maupun giro dan tabungan cenderung dipertahankan.
“Meskipun BI Rate turun [ke level 5,75%], mungkin kita tidak perlu serta-merta menurunkan bunga simpanan,” katanya dalam konferensi pers kinerja keuangan 2024 secara virtual, Kamis (23/1/2025).
Menurutnya, hal tersebut berkaitan dengan pertimbangan perseroan mengenai kebutuhan operasional lainnya, seperti kondisi likuiditas, penyaluran kredit, biaya operasional, hingga investasi.
Mengenai tren kenaikan beban bunga bank, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memandang bahwa hal ini disebabkan oleh penetapan rate dana yang lebih tinggi.
“Hal ini menunjukkan perebutan DPK bank semakin ketat karena faktor likuiditas,” katanya kepada Bisnis melalui pesan singkat, Jumat (7/2/2025).
Menurutnya, likuiditas perbankan memiliki kemungkinan untuk tetap ketat pada tahun ini. Kondisi tersebut dapat berlanjut apabila daya beli masyarakat belum membaik.