Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Ungkap Penyebab Nilai Tukar Rupiah Anjlok ke Rp16.611 per Dolar AS

BI mengungkapkan melemahnya rupiah ke level terendah sepanjang 2025 karena faktor global yang masih penuh ketidakpastian.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mengungkapkan melemahnya rupiah di angka Rp16.611 per dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (25/3/2025) sore, dan bahkan mencapai level terendah sepanjang 2025, karena faktor global yang masih penuh ketidakpastian. 

Direktur Departemen Manajemen Risiko Bank Indonesia (BI) Fitra Jusdiman menyampaikan setidaknya terdapat tiga ketidakpastian global yang masih muncul dan terus mempengaruhi stabilitas rupiah. 

Baik akibat kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump dan dampaknya ke negara lain, arah kebijakan the Fed yang berpotensi lebih hawkish, maupun gejolak geopolitik yang masih terus memanas. 

“Hal ini membuat dolar AS kembali menguat terhadap sebagian besar mata uang lain dan yield UST kembali meningkat,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (25/3/2025). 

Selain itu, Fitra juga menyampaikan bahwa stabilitas tersebut dipengaruhi oleh adanya kebutuhan valas dari korporasi serta untuk pembayaran/repatriasi dividen menjelang libur Lebaran mendatang. 

Fitra menekankan bahwa bank sentral terus memantau dan berada di pasar dengan melakukan upaya triple intervention, yakni di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. 

Sebagaimana langkah BI yang telah membeli SBN senilai Rp70,7 triliun hingga 17 Maret 2025 lalu, sebagai langkah untuk memperkuat operasi moneter yang mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal pemerintah. 

“BI terus memantau dan berada di pasar dengan melakukan upaya triple intervention secara bold dan terukur untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan keseimbangan demand/supply valas, sehingga dapat menjaga market confidence,” lanjut Fitra. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan hari ini dengan turun 0,27% atau 44 poin ke posisi Rp16.611 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat 0,18% ke posisi 104,122. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Rupee India melemah 0,18%, baht Thailand melemah 0,11%, dan peso Filipina melemah 0,45%.  

Sementara itu, mata uang lainnya yakni dolar Taiwan melemah sebesar 0,15%, yuan China melemah 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,07%, won Korea melemah 0,04%, dolar Singapura melemah 0,07%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%, sedangkan yen Jepang menguat tipis 0,02%.

Secara year to date (YtD) per hari ini pukul 14.58 WIB, rata-rata kurs rupiah terhadap dolar AS di level Rp16.344. Level terkuat tercatat pada 7 Januari 2025 di angka Rp16.143 per dolar AS. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper