Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan kredit macet perseorangan pinjaman online atau pinjaman daring (P2P lending) sepanjang 2024 paling besar terjadi pada penerima pinjaman berusia di atas 54 tahun.
Etikah Karyani, Peneliti FEB UNS & Center Of Reform On Economics (Core) Indonesia, mengatakan fenomena tersebut menjadi indikasi bahwa program dana pensiun di Indonesia belum berjalan seperti yang diharapkan.
"Lonjakan ini dapat menjadi sinyal bahwa sistem jaminan pensiun di Indonesia belum optimal," kata Etikah kepada Bisnis, Rabu (27/3/2025).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa outstanding pinjaman macet P2P lending lebih dari 90 hari per Desember 2024 dari peminjam perseorangan mencapai Rp1,50 triliun atau mencapai 75% dari total pinjaman macet. Angka tersebut tumbuh 15% secara tahunan (year on year/YoY).
Dari jumlah pinjaman macet perseorangan sepanjang 2024, pinjaman macet dari peminjam berusia di atas 54 tahun mengalami lonjakan paling tinggi, yakni tumbuh 104% YoY menjadi Rp94,87 miliar.
Etikah menilai lonjakan besar kredit macet P2P lending yang disumbang oleh usia pensiun ini menunjukkan bahwa pensiunan di Indonesia belum memiliki jaring pengaman ekonomi yang memadai.
Baca Juga
"Lansia yang idealnya berada dalam fase perlindungan sosial justru kembali masuk ke lingkaran utang konsumtif tanpa jaring pengaman memadai," pungkasnya.
Kurang optimalnya perlindungan program dana pensiun ini diakui oleh Asosias Dana Pensiun Indonesia (ADPI).
Bambang Sri Muljadi, Staf Ahli Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), mengakui saat ini banyak para pensiunan yang penghasilan pensiunnya memang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Hal itu karena kecilnya PhDP atau penghasilan dasar pensiun sehingga manfaat pensiun yang diterima juga kecil.
Kondisi itu diperparah dengan meminjam pinjaman online menjadi budaya bagi pensiunan karena adanya kemudahan mendapatkan dana secara cepat dengan syarat mudah, walaupun dengan bunga yang sangat tinggi. Solusi instan tersebut menurutnya justru seringkali menjadi masalah baru.
"Hal inilah yang menyebabkan macet. Karena dalam memberikan pinjaman online ini tidak mempertimbangkan risiko yang melekat pada para pensiunan. Solusi yang baik adalah dengan membatasi pinjaman online pada para pensiunan dengan cara literasi keuangan," kata Bambang.