Bisnis.com, JAKARTA — Saham sektor perbankan seperti BBCA, BMRI dan BBRI turut melesat pada awal perdagangan hari ini Kamis (10/4/2025) usai kebijakan penundaan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga penutupan sesi pertama, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 7,22% atau 340 poin hingga menyentuh level 5.050.
Saham bank pelat merah lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga bergerak ke level 4.270, naik 5,69% atau 230 poin. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga menghijau 4,41% alias 160 poin menjadi 3.790.
Tak ketinggalan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang terdorong 4,10% atau 325 poin ke posisi 8.250.
Saham emiten bank digital turut tersengat sentimen positif tersebut, misalnya saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang naik 10,94% atau 140 poin hingga menyentuh posisi 1.420. Saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) juga terapresiasi 10,90% atau 17 poin menjadi Rp173.
Sebelumnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka di level 6.270,61 pada hari ini. IHSG bermanuver dan menguat 262,09 poin atau melejit 4,39% ke level 6.230,08.
Baca Juga
Pada akhir perdagangan Rabu (9/4/2025), IHSG parkir di level 5.967,98. Di level itu, IHSG merosot 15,71% sepanjang tahun berjalan 2025.
Tim Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyampaikan di tengah eskalasi perang dagang antara AS dengan China, Presiden Donald Trump memutuskan untuk menunda penerapan tarif resiprokal dengan negara-negara lainnya selama 90 hari. Untuk tarif 10% terhadap impor barang dari seluruh barang-barang impor AS masih tetap diberlakukan.
Hal itu direspons positif oleh pasar yang tecermin pada indeks S&P 500 yang mengalami kenaikan cukup signifikan hingga 9,5% menjadi 5.456,9. Pasar komoditas global juga mengalami kenaikan signifikan, di mana harga minyak jenis Brent menguat 4,2% menjadi US$65,5 per barrel.
“Meskipun terjadi penguatan yang cukup signifikan di pasar saham AS dan juga pasar komoditas, kami melihat risiko ke depan masih sangat tinggi,” ujarnya Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya.