Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan penyelenggara fintech P2P lending, PT Amartha Mikro Fintech (Amartha) saat ini memiliki portofolio pembiayaan sebesar 60% berada di luar Pulau Jawa. Bali dan Nusa Tenggara merupakan beberapa wilayah dengan portofolio paling besar.
Harumi Supit VP Public Relations Amartha mengatakan saat ini sudah ada lebih dari 200.000 pelaku usaha UMKM di Bali dan Nusa Tenggara yang sudah menjadi mitra Amartha.
"Sejak hadir di Bali, hingga kuartal I/2025, lebih dari 200.000 UMKM Bali-Nusra yang dibantu oleh lebih dari 900 tenaga lapangan telah mendapatkan modal usaha dengan total lebih dari Rp1,6 triliun," kata Harumi kepada Bisnis, dikutip Minggu (25/5/2025).
Data-data tersebut menurutnya menjadi bukti bahwa Amartha turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat di Bali dan Nusa Tenggara.
Sebelumnya, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto mengatakan bahwa sebagai perusahaan fintech P2P lending yang fokus pada pembiayaan usaha skala ultra mikro dan mikro, portofolio pembiayaan Amartha paling besar disalurkan di luar Pulau Jawa.
Portofolio Amartha tersebut paling besar tersebar di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur hingga Bali.
Baca Juga
"Kami lihat potensi Indonesia Timur sangat baik. Di tengah pelemahan ekonomi global ternyata pelaku usaha mikro yang bisa kita lihat di sini, seperti penjual jamu hingga pie susu masih tetap berkembang karena sudah terekspose informasi pengelolaan bisnis yang baik, ditambah akses permodalan dari Amartha," kata Aria saat ditemui dalam acara Asia Grassroots Forum 2025 di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/5/2025).
Aria menilai pembiayaan produktif relatif lebih aman dibanding pinjaman konsumtif yang potensi gagal bayarnya tinggi. Sebagai perusahaan fintech P2P lending yang fokus pada pembiayaan produktif, Tingkat Wanprestasi di atas 90 Hari (TWP90) atau kredit macet Amartha per hari ini sebesar 2,71%, masih di bawah ambang batas regulator sebesar 5%.
"Jadi, ketika angka itu masih di bawah ambang batas ketentuan 5% masih wajar. Kalau di Amartha kami jaga kredit macet sesuai dengan target pertumbuhan. Kalau kita tumbuh lebih besar ada sektor-sektor yang lebih berisiko. Ini kita selektif apa mau digas atau direm. Jadi, fokus kami di kualitas," tegasnya.
Secara industri, wilayah Bali dan Nusa Tenggara juga termasuk lokasi dengan TWP90 yang berada di batas aman.
Berdasarkan data OJK per Februari 2025, outstanding pinjaman di Bali tumbuh 57,3% YoY menjadi 1,60 triliun dengan TWP90 di level 1%. Sementara, outstanding pinjaman di Nusa Tenggara Barat tumbuh 40,8% YoY menjadi Rp770,48 miliar dengan TWP90 3,69%.
Sementara itu, outstanding pinjaman di Nusa Tenggara Timur tercatat tumbuh 105,4% YoY menjadi Rp649,68 miliar dengan TWP90 di level 1,28%.