Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pergadaian swasta PT Budi Gadai Indonesia mencatatkan pertumbuhan laba menjadi sebesar Rp3,4 miliar pada semester I/2025. Capaian ini naik dibanding laba semester I/2024 sebesar Rp3,2 miliar.
Direktur Budi Gadai Indonesia Budiarto Sembiring mengatakan kenaikan laba tersebut menjadi pencapaian penting di tengah tekanan industri pergadaian. Sebagai konteks, pada Januari-Maret 2025, laba setelah pajak industri pergadaian swasta konvensional mengalami koreksi 47,36% year on year (YoY) menjadi Rp17,88 miliar.
"Strategi utama kami adalah memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah. Kami juga melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru guna memperluas jangkauan dan mendekatkan layanan kepada nasabah. Hingga akhir Semester I/2025, total penyaluran pinjaman kami mencapai Rp127 miliar," kata Budiarto kepada Bisnis, Selasa (22/7/2025).
Budi Gadai Indonesia adalah satu dari 200 perusahaan pergadaian swasta yang terdaftar di OJK per Mei 2025. Meskipun pangsa pasar pinjaman pergadaian swasta dalam skala nasional hanya di bawah 5%, jumlah pergadaian swasta bertambah pesat dalam setahun terakhir.
Budiarto menilai bisnis gadai swasta terus tumbuh karena memberikan solusi pembiayaan yang mudah dan cepat bagi masyarakat, terutama bagi nasabah yang membutuhkan dana tunai dengan proses sederhana.
"Proses yang simpel ini membuat nasabah merasa terbantu dan tidak perlu repot. Selain itu, hambatan masuk ke bisnis gadai relatif rendah dibanding sektor keuangan lainnya, sehingga banyak pelaku usaha baru tertarik untuk mencoba bisnis ini," ujarnya.
Baca Juga
Dengan besarnya potensi pasar tersebut, Budiarto melihat prospek industri pergadaian sepanjang 2025 ini tetap positif meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi, misalnya faktor daya beli masyarakat yang sangat berkaitan erat dengan permintaan pinjaman gadai.
Walau menghadapi tantangan tersebut, Budiarto memperkirakan permintaan terhadap layanan gadai akan terus stabil karena gadai menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang cepat dan mudah diakses oleh masyarakat.
Adapun bila menilik kinerja pergadaian swasta dalam kuartal I/2025, terdapat perbedaan antara gadai swasta konvensional dan gadai swasta syariah. Hingga Maret 2025, laba setelah pajak pegadaian swasta konvensional koreksi 47,36% YoY jadi Rp17,88 miliar. Sebenarnya, pendapatan pegadaian swasta konvensional tumbuh 24% YoY jadi Rp355,31 miliar, namun di saat yang sama total beban melesat 33,34% YoY menjadi Rp335,64 miliar.
Di sisi lain, laba komperhensif tahun berjalan pegadaian swasta syariah tumbuh 12,83% YoY menjadi Rp1,71 miliar, sejalan dengan total pendapatan yang tumbuh 36,43% YoY menjadi Rp6,29 miliar.
Budi menjelaskan perbedaan utama antara gadai syariah dan konvensional terletak pada prinsip dasarnya. Gadai konvensional biasanya menghasilkan laba yang lebih besar namun cenderung berfluktuasi, sedangkan gadai syariah memberikan keuntungan yang lebih stabil.
Menurutnya, gadai syariah memiliki peluang untuk berkembang dengan menarik segmen pasar yang mencari alternatif pembiayaan, meski memerlukan edukasi lebih. Sementara itu, gadai konvensional sudah lebih dikenal luas dan memiliki pasar yang besar, meskipun persaingannya juga ketat.
"Keduanya memiliki peran yang saling melengkapi dan penting dalam industri pergadaian," pungkasnya.
Adapun jika merujuk kinerja industri secara agregat, penyaluran pinjaman gadai per Mei 2025 tumbuh 33,23% YoY menjadi Rp103,36 triliun, dengan proporsi penyaluran pinjaman terbesar dari PT Pegadaian mencapai 96,59%.