Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Roy Kiyosaki Minta Kelas Menengah Stop Beli 5 Hal Ini!

Ini lima hal yang para kelas menengah harus setop beli menurut Roy Kiyosaki
Pegawai menunjukan mata uang dolar AS dan rupiah di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (15/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang dolar AS dan rupiah di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (15/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

3. Hentikan Membeli Pendidikan Tinggi yang Terlalu Mahal Tanpa Keuntungan Finansial

Meskipun Kiyosaki tidak sepenuhnya mengabaikan nilai pendidikan, tapi dia mempertanyakan apakah gelar sarjana atau master yang mahal dapat memberikan imbal hasil investasi yang memadai bagi sebagian besar mahasiswa. 

Filosofinya menekankan bahwa aset tunggal paling kuat yang bisa dimiliki seseorang adalah pikirannya. 

"Jika dilatih dengan baik, pikiran kita dapat menciptakan kekayaan yang luar biasa," ungkapnya. 

Sistem pendidikan tradisional sangat berfokus pada mata pelajaran akademik tetapi kurang memberikan pelatihan literasi keuangan, yang sebenarnya sangat penting dalam hidup

Mahasiswa lulus dengan gelar tetapi seringkali kurang memiliki pengetahuan dasar tentang mengelola keuangan, investasi, arus kas, pajak, dan pengembangan kekayaan. Sementara itu, mereka mungkin memiliki utang pinjaman mahasiswa yang besar, yang menciptakan tekanan keuangan langsung setelah lulus. 

Kiyosaki menganjurkan pendidikan keuangan mandiri sebagai jalan menuju kekayaan yang lebih hemat biaya. Baca buku, seminar, bimbingan, dan pengalaman praktis seringkali hanya menghabiskan sebagian kecil dari biaya pendidikan formal, tetapi memberikan pengetahuan yang langsung dapat diterapkan.

Dia menyarankan untuk mempelajari investasi real estat, fundamental pasar saham, operasi bisnis, dan strategi perpajakan. Ini bukan berarti meninggalkan pendidikan akademis formal; melainkan, menjadi strategis dalam investasi pendidikan. 

Menurutnya, gelar tertentu mungkin bermanfaat jika secara langsung meningkatkan potensi penghasilan atau memberikan kredensial yang diperlukan. Namun, mengejar pendidikan yang mahal hanya karena dianggap penting seringkali berujung pada utang tanpa manfaat yang proporsional.

4. Berhenti Membeli Simbol Status untuk Menjaga Penampilan

Tekanan untuk menjaga penampilan mendorong banyak keluarga kelas menengah ke dalam masalah keuangan melalui apa yang biasa disebut "meningkatkan standar hidup." 

Hal ini juga melibatkan pembelian barang-barang yang menjadi simbol status untuk memproyeksikan citra kesuksesan, alih-alih membangun kekayaan.

Pembelian status biasanya mencakup mobil mewah, pakaian desainer, rumah mewah di lingkungan bergengsi, dan liburan mahal. Meskipun barang-barang ini dapat meningkatkan citra sosial seseorang, seringkali mengorbankan kesuksesan finansial jangka panjang.

Orang yang benar-benar kaya seringkali hidup di bawah kemampuan mereka dan berfokus pada membangun aset daripada memproyeksikan kekayaan. Mereka memahami bahwa keamanan finansial sejati berasal dari arus kas dan kekayaan bersih, bukan penampilan luar.

Seseorang yang mengendarai mobil bekas tetapi lunas dan tak punya utang, sambil menerima cek dividen dari portofolio investasi yang terdiversifikasi, tentu memiliki kekayaan lebih besar daripada seseorang yang mengendarai kendaraan mewah yang dibiayai melalui cicilan bulanan. 

Kiyosaki berpendapat bahwa "kemewahan sejati adalah imbalan atas investasi dan pengembangan aset riil." Pergeseran pola pikir ini memprioritaskan substansi daripada penampilan, berfokus pada membangun kekayaan terlebih dahulu daripada terlihat kaya

5. Berhenti Membeli Barang Mewah Sebelum Membangun Fondasi Aset Anda

Pengamatan Kiyosaki yang paling mendasar tentang pengelolaan keuangan kelas menengah adalah kecenderungan untuk membeli barang mewah sebelum membangun aset. 

Dia menyatakan bahwa "orang kaya membeli barang mewah terakhir, sementara orang miskin dan kelas menengah cenderung membeli barang mewah terlebih dahulu."

Pola perilaku ini menjelaskan mengapa banyak orang kesulitan keuangan meskipun berpenghasilan layak. Pola pikir ini mengutamakan kemewahan menganggap pembelian mahal sebagai imbalan langsung atas kerja keras. 

Orang-orang merasa pembelian barang mahal pantas dilaukan karena merasa telah banyak bekerja keras melalui usaha mereka.

Sebaliknya, orang kaya akan terlebih dahulu membangun fondasi aset yang menghasilkan pendapatan, kemudian menggunakan arus kas mereka untuk mendanai pembelian barang mewah

Pendekatan ini memungkinkan mereka menikmati barang-barang bagus tanpa mengorbankan keamanan finansial mereka.

Melepaskan diri dari mentalitas yang mengutamakan kemewahan membutuhkan pengembangan kepuasan yang tertunda dan pemikiran jangka panjang. 

Alih-alih membeli liburan mahal atau mobil baru, orang kaya bertanya pada diri sendiri bagaimana membangun aset yang menghasilkan pendapatan pasif yang cukup untuk membeli barang mewah tanpa menyentuh modal mereka.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro