BISNIS.COM, JAKARTA–Meski menetapkan target pertumbuhan 30% selama tahun ini, kinerja PT Bank Mega Tbk selama triwulan I/2013 anjlok pada sisi aset, kredit, dan penghimpunan dana pihak ketiga yang disebabkan menurunnya kredit otomotif.
Meski demikian, Manajemen Bank Mega optimis target rencana bisnis bank tahun ini dapat tercapai dengan perubahan sejumlah strategi operasional.
Total aset perseroan tercatat mengalami penurunan 21% selama 3 bulan pertama 2013 yakni dari Rp 65,2 triliun jadi Rp51,5 triliun. Penurunan aset tersebut terjadi pada beberapa pos termasuk kredit yang anjlok 6,7% menjadi Rp25,17 triliun dari sebelumnya Rp26,98 triliun.
Selain itu, juga terjadi penurunan pada penempatan likuiditas di Bank Indonesia (BI) dari Rp8,5 triliun menjadi Rp417,5 miliar. Selain itu ada penurunan portofolio pada surat berharga sebesar 13% dan efek yang janji akan dijual kembali sebesar 44,8%.
Penurunan pada sisi aset sejalan dengan anjloknya kewajiban perseroan terutama pada dana pihak ketiga (DPK). Dana masyarakat yang kabur dari Bank Mega selama 3 bulan tercatat mencapai Rp9,8 triliun , sehingga portofolio DPK pada akhir Maret tercatat Rp40,5 triliun.
Kostaman Thayib, Direktur Utama Bank Mega, menjelaskan asal muasal penurunan kinerja ini berawal dari penurunan pembiayaan bersama (joint financing) pada segmen otomotif akibat penerapan kebijakan loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia.
Kebijakan LTV menyebakan kinerja kredit otomotif pada banyak bank jadi melambat, termasuk di Bank Mega. Sementara itu sebagian pembiayaan otomotif berpindah ke bank syariah yang sempat dikecualikan dari kebijakan LTV.
“Akibat kebijakan LTV, joint financing kami turun menjadi Rp5 triliun, setelah sebelumnya sempat mencapai Rp9 triliun,” ujarnya Selasa (7/3/2013).
Setelah kredit melambat, lanjut Kostaman, Bank Mega mengerem pertumbuhan DPK guna menekan biaya dana (cost of fund). Strategi yang dilakukan oleh Bank Mega untuk mengerem DPK adalah menerapkan bunga murah.
Bunga diturunkan menjadi rata-rata 3,59% dari sebelumnya 4,11%. Meski sudah diturunkan namun likuiditas perseoan masih tercatat berlimpah, yakni dengan rasio intermediasi (loan to deposit ratio) 52%.
Atas permasalahan tersebut, lanjutnya, perseroan mengubah strategi bisnis dalam penyaluran kredit dengan tidak mengandalkan segmen otomotif. Anak usaha CT Corporation ini melakukan diversifikasi secara proporsional kepada seluruh segmen, seperti usaha kecil menengah, konsumer, komersial dan korporasi.
“Sebenarnya target bisnis kami kredit tumbuh 15%--20%, namun secara internal kami tetapkan target 30% agar karyawan bekerja semangat,” jelasnya.
Selain itu, perseroan mengubah operasional manajemen dengan menambah kepala cabang bagi masing-masing fokus kerja, yakni pendanaan, kredit dan operasional. “Jadi ada kepala cabang yang mengurusi funding, ada kepala cabang yang mengurusi kredit dan asa yang mengurusi operasional,” jelasnya.
Perubahan juga dilakukan pada tingkat direksi dengan mengangkat dua orang direktur yang mebawahi kredit. Kedua direktur itu dibagi atas kredit UKM dan kredit non-UKM. “Dengan strategi itu kami yakin pencapaian setiap cabang bisa lebih maksimal,” jelasnya.
Dony Oskaria, Direktur Pendanaan Bank Mega, mengatakan salah satu strategi perseroan untuk meningkat DPK adalah menggelar program hadiah langsung yakni Mega Pasti Plus 2013. Perseroan menargetkan dapat meraup DPK Rp3 triliun, jauh lebih besar dari program serupa di tahun lalu yang menghimpun Rp1,2 triliun. (mfm)