Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) ternyata pernah mencatatkan kerugian saat merintis bisnis remittance atau jasa pengiriman uang di Malaysia.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bisnis remittance di Malaysia tidak berkembang sebaik bisnis serupa yang sebelumnya dibuka di Hong Kong dan Timur Tengah. Penyebabnya, regulasi di negeri jiran itu lebih ketat dibandingkan kedua negara tersebut.
Ketika itu, BCA telah memiliki 6 outlet yang disiapkan untuk menerima dana kiriman tenaga kerja Indonesia di Malaysia. "Tapi dari hasil kajian kami, perkiraan BEP [break even point] baru akan terjadi di tahun keeenam. Itupun dengan pembukaan 16 outlet. Akhirnya kami putuskan untuk cut loss," katanya, Senin (14/4/2014).
Bank swasta terbesar di Indonesia tersebut lalu memutuskan untuk beralih ke bisnis penukaran uang (money changer) dengan menggandeng perusahaan lokal.
Dalam jangka waktu 6 bulan, kata Jahja, bisnis baru BCA tersebut telah membukukan laba.
Sepanjang 2013, BCA membukukan laba bersih sepanjang 2013 sebesar Rp14,3 triliun, naik 21,6% dibandingkan dengan Rp 11,72 triliun pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba BCA lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 14,2% dan PT Bank Mandiri Tbk sebesar 17,4%, namun masih kalah dari pertumbuhan laba PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 28,5%.