Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS INDONESIA AWARD 2014: Profil Nominee Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi

Berikut ini daftar nominee Bisnis Indonesia Award 2014 di sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi:
   Kegiatan Bisnis Indonesia Award.  / Bisnis.com
Kegiatan Bisnis Indonesia Award. / Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Harian Bisnis Indonesia hari ini menggelar Bisnis Indonesia Award (BI Award) sebagai ajang pemberian penghargaan tahunan kepada perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia dan perusahaan pendukung lain di pasar finansial.

Berikut ini daftar nominee Bisnis Indonesia Award 2014 di sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi:

SEKTOR INFRASTRUKTUR, UTILITAS & TRANSPORTASI

PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)

PT Citra Marga Nusaphala PersadaTbk (CMNP) adalah perusahaan swasta pertama di Indonesia yang bergerak di bidang pengusahaan jalan tol, melalui pembangunan dan pengoperasian jalan tol Ir. Wiyoto Wiyono, MSc yang merupakan bagian dari Jalan Tol Dalam Kota Jakarta (Jakarta Intra Urban Toll road/ JIUT).
Seiring dengan tuntutan ekspansi usaha, CMNP telah berubah statusnya menjadi perusahaan terbuka sejak 10 Januari 1995 dengan sebagian besar kepemilikan sahamnya kini dimiliki oleh masyarakat.  
Saat ini CMNP memiliki 3 (tiga) anak perusahaan yaitu PT Citra Margatama Surabaya, pemegang konsesi  jalan tol ruas Simpang Susun Waru-Bandara Juanda Surabaya; PT Citra Waspputowa,  pemegang konsesi jalan tol ruas Depok-Antasari yang sudah memulai proyeknya; serta PT Citra Persada Infrastruktur, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, pembangunan dan jasa, termasuk jasa pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol.
Emiten berkode saham CMNP ini membidik pendapatan Rp538,46 miliar pada kuartal kedua tahun ini, atau tumbuh 14% dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama 2013 yang senilai Rp472,34 miliar.
Pertumbuhan pendapatan tersebut akan ditopang oleh peningkatan tarif ruas tol yang dikelola perusahaan sebanyak 14%, serta pertumbuhan kinerja anak usahanya PT Citra Persada Infrastruktur (CPI), dan PT Girder Indonesia.
Peningkatan tarif jalan tol memang berdampak signifikan bagi pendapatan perseroan. Pada kuartal pertama saja, CMNP membukukan pertumbuhan 17,12% menjadi Rp262,85 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp224,41 miliar, karena penaikan tarif jalan tol di ruas Jakarta intra urban tol (JIUT) yang sebesar 14%.
Tahun ini, perusahaan yang dipimpin oleh Danty Indriastuty Purnamasari ini menargetkan pendapatan Rp1,5 triliun, tumbuh 55,83% dibandingkan dengan raihan tahun lalu senilai Rp962,56 triliun.
Meski menargetkan pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun ini, CMNP justru memperkirakan laba bersih perusahaan tahun ini akan mencapai Rp358,7 miliar, turun 10,86% dari perolehan tahun lalu Rp402,42 miliar.
Hal tersebut karena sebagian besar pendapatan digunakan untuk membiayai pembangunan jalan tol Antasari-Depok-Bogor yang dikerjakan PT Citra Waspphutowa.



PT Jasa Marga Tbk (JSMR)

Melalui Peraturan Pemerintah No. 04 Tahun 1978, pada 1 Maret 1978, pemerintah mendirikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tugas utama Jasa Marga adalah merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol serta sarana kelengkapannya agar jalan tol dapat berfungsi sebagai jalan bebas hambatan yang memberikan manfaat lebih tinggi daripada jalan umum bukan tol.
Pada awal berdirinya, Perseroan berperan tidak hanya sebagai operator tetapi memikul tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia.
Hingga 1987, Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia yang pengembangannya dibiayai pemerintah dengan dana berasal dari pinjaman luar negeri serta penerbitan obligasi Jasa Marga dan sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Perseroan, Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air yang mulai dioperasikan sejak 1978.
Pada akhir dasawarsa tahun 1980-an Pemerintah Indonesia mulai mengikutsertakan pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol melalui mekanisme Build, Operate and Transfer (BOT).
Pada kuartal I/2014, laba Jasa Marga Tbk (JSMR), yang dipimpin oleh Adityawarman, naik 16,71% menjadi Rp376 miliar. Hal ini didukung dari kenaikan pendapatan tol dan pendapatan usaha lainnya.
Perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan sebesar 11,02% menjadi Rp1,52 triliun pada kuartal I 2014 dibandingkan periode sama pada 2013 sebesar Rp 1,37 triliun. Peningkatan itu disebabkan oleh kenaikan volume lalu lintas kendaraan yang mencapai 296 juta kendaraan pada kuartal I.
Selain itu, kenaikan tarif pada 11 ruas tol yang dikelola perseroan pada Oktober 2013 juga mendorong kinerja Jasa Marga. Pendapatan usaha lain Perseroan juga naik signifikan 63,25% menjadi Rp 93 miliar pada kuartal I/2014 dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 57 miliar.
Sedangkan pendapatan konstruksi Perseroan mengalami penurunan sebesar 52% menjadi Rp 462 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 964 miliar.


PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) berdiri pada 1 September 1995 dengan nama PT Sawitia Bersama Darma.
Emiten dengan kode saham META dan dipimpin oleh Muhammad Ramdani Basri ini mengalokasikan Rp500 miliar di luar belanja modal atau capital expenditure (capex) organik, untuk mengakuisisi perusahaan baru.
Sementara itu, capex organik perusahaan yang mencapai Rp120 miliar untuk tahun ini, mayoritas akan digunakan untuk mengelola jalan tol.
Hingga kuartal pertama tahun ini perusahaan telah menggunakan capex senilai Rp10 miliar untuk operasional anak perusahaannya yang bergerak di sektor penyediaan air bersih.
Selain itu, perusahaan, pada triwulan pertama tahun ini juga telah meraih laba bersih senilai Rp27,1 miliar, atau tumbuh 296,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp6,83 miliar.
Sementara itu, pendapatan dan penjualan perusahaan juga naik 52% menjadi Rp104 miliar, dari periode yang sama sebelumnya Rp68,78 miliar. Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tersebut ditopang oleh penaikan tarif jalan tol dan pertumbuhan unit usaha perusahaan.


PT Indo Straits Tbk (PTIS)

PT Indo Straits Tbk (PTIS) yang dipimpin Erawan Setyanto ini fokus sebagai penyedia jasa rekayasa kelautan yang terintegrasi dalam bidang pekerjaan konstruksi sipil kelautan bagi perusahaan pertambangan minyak bumi dan gas dan jasa dukungan logistik yaitu berupa dukungan transportasi dan pindah angkut (transshipment) bagi perusahaan penambangan batu bara
Perusahaan pelayaran dan logistik terintegrasi ini pada semester I/2013 mencetak laba bersih US$2,32 juta atau naik 18,96% dari realisasi periode sama tahun sebelumnya US$1,95 juta.
Meski laba bersih naik, pendapatan perseroan ternyata turun 8,07% menjadi US$19,83 juta selama 6 bulan pertama tahun ini dari capaian periode sama tahun lalu.
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan perseroan juga turun menjadi US$13,72 juta dari US$16,85 juta pada periode yang sama 2012.
Sementara itu, laba kotor perseroan naik menjadi US$6,10 juta dari pencapaian periode sama tahun lalu US$4,71 juta.


PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS)

PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS) berdiri pada 22 Januari 1974. Induk RIGS adalah Scomi Marine Services Pte Ltd (“SMS”) yang tergabung dalam kelompok usaha Scomi Marine Berhad.
Lingkup kegiatan RIGS terutama bidang penyewaan kapal dan tongkang terutama untuk kegiatan industri minyak dan gas lepas pantai, jasa pengangkutan batu bara.
Rig Tenders bergerak di dua divisi usaha utama. Pertama adalah divisi pengangkutan batu bara. Perseroan memiliki klien-klien utama yaitu PT Arutmin Indonesia (anak usaha PT Bumi Resources Tbk/BUMI) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Divisi usaha yang kedua, perseroan juga bergerak di jasa penunjang lepas pantai. Klien-klien utamanya seperti Pertamina, Chevron, dan CNOOC. Untuk memperkuat divisi ini, pada Oktober 2012, perseroan telah menandatangani kontrak jangka panjang selama dua tahun dengan PHE ONWJ atas accomodation work barge (AWB), utility vessel, dan anchor handling tug/supply.
Sepanjang tahun lalu, emiten berkode saham RIGS yang kini dipimpin oleh Dick Sadikin itu mencatatkan kerugian US$1,92 juta yang disebabkan adanya penurunan pendapatan serta beban perusahaan yang tinggi.
Pendapatan tercatat sebesar US$53,24 juta, dari periode 2012 sebesar US$89,91 juta. Selain itu, masih tingginya beberapa pos beban perseroan diklaim menyebabkan laba kotor perseroan anjlok menjadi US$4,47 juta dibandingkan dengan dengan laba kotor 2012 sebesar US$20,04 juta.
Pada tahun ini, perseroan telah berhasil meraih kontrak baru untuk jasa pengangkutan batu bara senilai US$20 juta atau sekitar Rp234,58 miliar.

PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)

PT Express Transindo Utama Tbk (dahulu bernama PT Kasih Bhakti Utama) (TAXI) berdiri pada 11 Juni 1981 dan mulai beroperasi secara komersial 1989.
Emiten berkode saham TAXI yang dipimpin oleh Daniel Podiman ini sepanjang tiga bulan pertama di tahun ini, telah membukukan pendapatan sebesar Rp182,01 miliar atau tumbuh sebanyak 15,24% dibandingkan dengan pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp157,94 miliar.
Kenaikan pendapatan tersebut mendorong peningkatan laba bersih sebanyak 22,45% menjadi Rp29,25 miliar dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp23,89 miliar.
Tahun ini perseroan juga berencana menerbitkan obligasi dengan jumlah pokok sebanyak Rp1 triliun yang akan digunakan untuk menunjang ekspansi Grup Express.
Sementara itu, penjamin pelaksana emisi yang ditunjuk perseroan adalah PT BCA Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Valbury Asia Securities.
Obligasi emiten yang bergerak dalam sektor transportasi darat itu juga telah mendapatkan peringkat idA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) yang berlaku untuk periode 18 Maret 2014 hingga 1 Maret 2015.
Dana hasil obligasi ini akan dijadikan sebagai sumber pembiayaan belanja modal di tahun ini yang mencapai Rp700 miliar untuk penambahan sedikitnya 2.000 armada baru dan tujuh pool taksi di wilayah Jabodetabek.


PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS)

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS) didirikan dengan nama PT Tempuran Emas pada 17 September 1987 oleh Harto Khusumo dan Koentojo. Emiten berkode saham TMAS ini kini dipimpin oleh Harto Khusumo.
Berdasarkan laporan keuangan TMAS per 31 Maret 2014, selama tiga bulan pertama Temasline membukukan pendapatan sebesar Rp382,24 miliar dan laba bersih sebesar Rp53,56 miliar.
Tahun lalu, Temasline mencatat penjualan Rp1,38 triliun dan laba bersih Rp70,8 miliar. Tahun ini, perseroan menargetkan penjualan naik 15% dan laba bersih mencapai Rp150 miliar.
PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. (TMAS) tahun ini menganggarkan belanja modal sebesar Rp250 miliar yang akan digunakan untuk investasi kapal baru dan sarana penunjang kegiatan operasional.
Untuk diketahui hingga akhir 2013, Temasline telah mengoperasikan sebanyak 22 armada kapal laut dengan total bobot mati 181.337 DWT dan total kapasitas 11.604 TEUs.
Sebagian besar barang yang diangkut itu adalah barang-barang consumer goods, seperti makanan, barang kelontong, beras, hingga semen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Gajah Kusumo
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper