Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS INDONESIA AWARD 2014: Profil Nominee Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi

Berikut ini daftar nominee Bisnis Indonesia Award 2014 di sektor perdagangan, jasa, dan investasi:
Kegiatan Bisnis Indonesia Award.  / Bisnis.com
Kegiatan Bisnis Indonesia Award. / Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Harian Bisnis Indonesia hari ini menggelar Bisnis Indonesia Award (BI Award) sebagai ajang pemberian penghargaan tahunan kepada perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia dan perusahaan pendukung lain di pasar finansial.

Berikut ini daftar nominee Bisnis Indonesia Award 2014 di sektor perdagangan, jasa, dan investasi:

SEKTOR PERDAGANGAN, JASA & INVESTASI

PT FKS Multi Agro Tbk  (FISH)

PT FKS Multi Agro Tbk awalnya bernama PT Fishindo Kusuma Sejahtera dan didirikan pada 27 Juni 1992 dengan lokasi pabrik terletak di Muncar-Banyuwangi, Jawa Timur.
Emiten berkode saham FISH yang dinakhodai oleh Baron Setiawan Sumadi itu pada kuartal I/2014 mengantongi penjualan sebesar US$303,11 juta, dari US$313,14 juta pada periode saham tahun sebelumnya.
Laba usaha juga masih bertumbuh dari sebelumnya US$3,76 juta menjadi US$5,08 juta dan laba bersih tumbuh 52,3% (yoy) menjadi US$3,23 juta, dari US$2,12 juta pada periode yang sama tahun 2013.
Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan meraup laba kotor US$9,14 juta, dari sebelumnya US$8,82 juta.


PT Evergreen Invesco Tbk (GREN)

PT Evergreen Invesco Tbk pada awal didirikan pada 18 September 2003 bernama PT Artha Perkasa Invesco. Bidang kegiatan emiten berkode saham GREN dan dinakhodai oleh Johannes Wahyudi Edward ini adalah perdagangan besar, berupa pemintalan benang, fiber, dan kapas.
Pendapatan PT Evergreen Invesco Tbk pada semester I/2012 anjlok 41,9% menjadi Rp90,94 miliar, dari Rp156,52 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Dalam laporan keuangannya dirinci bahwa penyusutan penjualan mendera produk benang dan fiber.
Sepanjang 6 bulang pertama 2012, penjualan produk benang emiten berkode saham GREN ini mencapai Rp64,96 miliar. Raihan tersebut anjlok 22,53% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp83,85 miliar.
Sementara itu, penurunan penjualan produk fiber mencapai 65,25% dari Rp72,04 miliar menjadi Rp25,03 miliar.
Anjloknya penjualan membuat Evergreen hanya mampu memenuhi 32,02% target laba pada 2012. Sebelumnya, perseroan membidik pendapatan sebesar Rp284 miliar di 2012.
Hingga semester I/2012 Evergreen baru membukukan laba bersih sebesar Rp951,79 juta, atau setara dengan 23,79% target tahun ini.
Per Juni 2012, margin kotor perseroan berada di posisi 14,97%, tumbuh 95,97% dibandingkan dengan posisi pada Juni tahun sebelumnya sebesar 7,64%.


PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON)

PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk berdiri sejak 23 Desember 1982 dan kini emiten berkode saham JKON tersebut dipimpin oleh Trisna Muliadi.
JKON merupakan anak perusahaan Jaya Pembangunan yang dibentuk untuk menggarap proyek infrastruktur dan kontraktor gedung.
Selain itu, JKON juga memiliki anak perusahaan yang bergerak di sektor perdagangan LPG dan aspal dengan nama Jaya Trade, Jaya Teknik yang menjadi agen dari produk alat, perlengkapan mesin industri dan infrastruktur telekomunikasi, dan Jaya Beton yang fokus memproduksi manufaktur beton di tiga pabriknya.
Pada tahun ini, Jaya Konstruksi Manggala menargetkan mampu memperoleh kontrak baru senilai Rp6,5 triliun, tumbuh 12,06% dibandingkan dengan perolehan pada 2013 yang mencapai Rp5,8 triliun.
Umar Ganda, Wakil Presiden Direktur JKON, mengatakan hingga kuartal pertama tahun ini perusahaan telah mendapatkan kontrak Rp2 triliun. Jumlah tersebut diluar nilai kontrak yang dialihkan dari tahun lalu yang mencapai Rp2,9 triliun.
Target pertumbuhan perolehan kontrak baru itu sejalan dengan target pertumbuhan pendapatan 18% dari tahun sebelumnya Rp4,62 triliun. Laba bersih perusahaan juga dipatok naik 15,8% dari Rp206,45 miliar pada tahun lalu.
Untuk merealisasikan target tersebut, JKON menyediakan Rp600 miliar sebagai belanja modal dari kas internal. Rp100 miliar diantaranya akan digunakan untuk modal kerja, sedangkan Rp500 miliar sisanya akan digunakan untuk investasi pengerjaan proyek infrastruktur.
Meski demikian, pendapatan perusahaan pada kuartal pertama tahun ini menurun 1,68% menjadi Rp678,83 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp690,48.
Laba bersih perusahaan pada tiga bulan pertama 2013 juga anjlok 53,96% menjadi Rp5,05 miliar, dari Rp10,97 miliar pada triwulan pertama tahun lalu.



PT Multi Indocitra Tbk (MICE)

PT Multi Indocitra Tbk, sebelumnya bernama PT Modern Indocitra didirikan pada 11 Januari 1990. Perseroan yang kini dipimpin oleh Herman Wirawan ini fokus pada distribusi produk perawatan kesehatan dan aksesoris bayi, ibu hamil dan menyusui, beserta seluruh jenis produk perawatan kulit.
Produk lisensi perseroan terkenal dengan merek dagang Pigeon, di mana
botol susu dan dot Pigeon telah menguasai sekitar dua pertiga pangsa pasar di Indonesia dengan distribusi produk  yang sudah menjangkau seluruh Indonesia melalui lebih dari 36.500 outlets baik di pasar modern maupun tradisional.
Emiten berkode saham MICE ini pada tahun ini berkomitmen meningkatkan kontribusi penjualan produk skin care dan toiletries untuk mengimbangi penjualan produk Pigeon yang selama ini menjadi kontributor utama pendapatan.
Pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan pendapatan perseroan menurun 10% menjadi Rp111,23 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp123,52 miliar, meski demikian laba bersih tercatat tumbuh 16,5% dari Rp8,42 miliar menjadi Rp9,8 miliar.
Adapun sepanjang tahun lalu, perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 6% menjadi Rp591,34 miliar dari Rp560 miliar, sedangkan laba bersih turun tipis dari Rp40,65 miliar menjadi Rp40 miliar.


PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY)

PT MNC Sky Vision Tbk, perusahaan yang dipimpin oleh Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo didirikan pada 8 Agustus 1988.
Emiten berkode saham MSKY tersebut menargetkan pendapatan pada 2014 meningkat 25%-30%, dari pendapatan 2013.
Bila terealisasi, pendapatan emiten penyiaran via satelit itu akan mencapai Rp3,78 triliun hingga Rp3,93 triliun.
Sepanjang 2013 pendapatan perseroan  mencapai Rp3,02 triliun, naik 26,36% dari pendapatan tahun sebelumnya Rp2,39 triliun.
Jasa penyiaran program menyumbang Rp2,86 triliun atau 94,7% terhadap total pendapatan 2013. Sisanya, disumbang penyiaran iklan sebesar Rp156,39 miliar dan lainnya Rp8,22 miliar.
Effendi Budiman, Direktur Keuangan MNC Sky Vision, pernah mengatakan perseroan belum bisa memasang target laba bersih pada 2014. Sebab, laba atau rugi bersih amat kuat dipengaruhi pergerakan rupiah terhadap dollar AS.
Per 2013, MSKY membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp486,98 miliar, anjlok dari laba tahun berjalan pada 2012 sebesar Rp81,85 miliar. Rugi kurs mata uang asing selama 2013 mencapai Rp635,97 miliar.
Anak usaha Grup MNC itu mencatatkan rugi tahun berjalan lantaran besarnya beban pokok pendapatan yang mencapai Rp2,43 triliun. Beban pokok pendapatan ini naik 39,66% dari beban pokok pendapatan tahun sebelumnya Rp1,74 triliun. Belum lagi beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban keuangan yang mencapai 375,76 miliar.

PT Polaris Investama Tbk (PLAS)

PT Polaris Investama Tbk, yang kini dipimpin oleh Taffy Tjahya Indra, awalnya didirikan dengan nama PT Daya Delta Intertama pada 23 Juli 1992. Bidang usaha perseroan mencakup perdagangan, kontraktor, jasa, pengangkutan hingga percetakan.
Laba bersih perseroan dengan kode emiten PLAS tersebut sepanjang 2013 tercatat turun 29,7% menjadi Rp5,24 miliar, dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp7,46 miliar.
Penurunan laba disebabkan penurunan pendapatan sebesar 38,44% menjadi Rp29,14 miliar, dari sebelumnya Rp47,3 miliar.
Sepanjang kuartal I/2014, laba bersih Polaris anjlok sebesar 522% menjadi Rp1,09 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp6,78 miliar. Penurunan drastis itu disebabkan pendapatan yang menurun 26,5% menjadi Rp 8,9 miliar, dari sebelumnya Rp11,26 miliar.

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, yang dipimpin oleh Sandiaga Salahuddin Uno, didirikan pada 17 Mei 1991.
Sepanjang kuartal I/2014, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) membukukan laba periode berjalan sebesar Rp507,34 miliar, meroket 353% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp111,97 miliar.
Seperti dikutip dari laporan keuangan SRTG yang dipublikasikan, Rabu (30/4/2014), laba yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp444,26 miliar, melonjak 383,57% dari Rp91,87 miliar.
Tingginya perolehan laba ini juga sejalan dengan peningkatan pendapatan yang meroket 170% dari Rp582,54 miliar menjadi Rp1,57 triliun.
Kontribusi terbesar terhadap pendapatan berasal dari penjualan barang sebesar Rp1,54 triliun, dalam hal ini penjualan bahan bakar minyak (BBM) yang diproduksi oleh PT Tri Wahana Universal (TWU).
Sebanyak Rp636,8 miliar pendapatan dari BBM itu berasal dari PT Pertamina Patra Niaga, selanjutnya sebesar Rp466,69 miliar berasal dari PT Pertamina (Persero), dan Rp355,63 miliar berasal dari Mercuria Energy Trading Pte Ltd.
Di sisi lain meski pendapatan meningkat, beban pokok pendapatan tercatat mencapai Rp1,4 triliun, juga meroket 170,5% dari Rp519,95 miliar. Hal itu menjadikan perolehan laba kotor sebesar Rp164,89 miliar, naik 163,4% dari Rp62,59 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Gajah Kusumo
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper