Bisnis.com, JAKARTA -- Era digital secara perlahan mulai mendorong segala sektor industri untuk segera bertransformasi. Perubahan ini disebabkan oleh tingkah pola manusia yang berubah dan memiliki ketergantungan dengan teknologi. Masyarakat menginginkan segala sesuatu yang instan dan dapat dengan mudah dijangkau dalam genggaman. Keinginan tersebut mampu diakomodasi dengan ketersediaan gadget canggih yang mendukung segala aktifitas mobile masyarakat.
Segala kebutuhan dapat terpenuhi dengan satu “klik” di ponsel pintar mereka. Perilaku yang semakin “canggih” tersebut mengharuskan industri segera bergerak untuk melakukan perubahan. Jika tidak segera bertransformasi, beberapa riset menunjukkan perusahaan tersebut tidak akan mampu bertahan menghadapi teknologi yang terus bergerak cepat.
Salah satu yang memerlukan transformasi adalah industri perbankan di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan World Bank pada 2011, jumlah penduduk dewasa di Indonesia yang mengakses fasilitas perbankan hanya mencapai 20%. Angka ini meningkat menjadi 36% pada 2014. Persentase ini berbalik terbalik dengan pengguna mobile phones di Indonesia.
Menurut data riset Accenture, pengguna mobile phone di Indonesia mencapai 308 juta pengguna. Sedangkan masyarakat Indonesia berjumlah 255,5 juta orang. Perbandingan ini memperihatkan peredaran ponsel lebih banyak dibandingkan jumlah penduduknya. Potensi besar ini yang dirasa oleh Senior Managing Director Accenture Financial Service ASEAN Jonathan Allaway dapat dimanfaatkan oleh industri perbankan.
“Seperti kebanyakan industri lainnya di dunia. Industri financial pun harus melakukan revolusi. Bukan revolusi industri seperti beberapa ratus tahun lalu tentunya tetapi revolusi dalam hal teknologi,” ujar Allaway di Jakarta, belum lama ini.
Allaway memaparkan ada empat teknologi yang bisa digunakan oleh perbankan untuk bertransformasi menjadi digital bank. Pertama, sosial media. Perkembangan sosial media saat ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan dalam dunia maya. Aplikasi pesan instan seperti Whatsapp, Facebook, Twitter dan sosial media lainnya bisa dimanfaatkan industri perbankan untuk melihat pola perilaku dan kebutuhan konsumen. Selain itu, dengan mengakses informasi di media sosial, perusahaan pun bisa melindungi usahanya.
Kedua, mobilitas. Menurut Allaway seperti riset sebelumnya 90% dari populasi manusia memiliki ponsel pintar. Kemampuan smartphonepun terus berkembang dan semakin murah dari tahun ke tahun. Dengan kemampuan multimedia yang terdapat dalam ponsel pintar, perbankan dapat memanfaatkan hal tersebut sebagai media pengirim dan penerima informasi kepada konsumen. “Konsumen dapat melakukan bisnisnya melalui ponsel. Mereka pun dapat mengirimkan uang kepada keluarganya dengan menggunakan ponsel,” papar Allaway.
Ketiga, pemanfaatan data analytics. Beberapa waktu lalu, beberapa lembaga riset seperti IDC memprediksi akan terjadi ledakan data pada 2020. Data-data yang berada di dunia maya akan semakin banyak karena pengguna gadget dan perangkat lainnya yang menghasilkan data. Data yang bertebaran ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan performa perusahaannya, tak terkecuali industri perbankan. Bank dapat melacak dan menawarkan kebutuhan konsumennya melalui analisis data yang tersedia dalam dunia maya.
Keempat, penggunaan komputasi awan. Allaway menjelaskan dengan teknologi cloud, perbankan dapat menekan biaya pengeluaran mereka untuk penyediaan data center. “Bank dapat memanfaatkan cloud untuk menyimpan sistem mereka,” jelas Allaway. Di samping penghematan biaya pengeluaran, bank mampu terkoneksi dengan perusahaan lain dengan pemanfaatan teknologi cloud.
Keempat teknologi ini, menurut Allaway tidak dapat berdiri sendiri. Perubahan bank tradisional menjadi digital bank membutuhkan sinergi keempatnya agar bank tidak kehilangan nasabah mereka. “Bank bisa kehilangan 30% dari nasabah mereka jika tidak segera memanfaatkan teknologi,” jelasnya.
Managing Director Financial Services Lead Accenture Indonesia Meliza Rusli mengemukakan pihaknya sudah melakukan perbicangan dengan beberapa pihak bank. Beberapa bank kebingungan untuk memulai dari mana perubahan teknologi tersebut. “Kendala yang paling sering ditemui adalah kesiapan teknologi. Mereka bingung harus menyatukan usaha bank tradisional mereka dengan bank digital atau memisahkan kedua unit ini menjadi dua unit usaha yang berbeda,” ujarnya.
Meliza menjelaskan jika bank bisa memanfaatkan keempat teknologi ini dengan konsep yang bersinergi, industri bank akan mampu menambah market size bersamaan dengan pengurangan biaya operasional perbankan.