Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dapat Utang dari China Rp665 Triliun, Posisi BUMN Dikaji Ulang

Pemerintah segera menyusun studi kelayakan perusahaan pelat merah yang akan mengantongi pinjaman dari lembaga keuangan asal China senilai total US$50 miliar setara dengan Rp665 triliun tahun ini.
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah segera menyusun studi kelayakan perusahaan pelat merah yang akan mengantongi pinjaman dari lembaga keuangan asal China senilai total US$50 miliar setara dengan Rp665 triliun tahun ini.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno mengatakan pinjaman dalam bentuk standby loan itu akan disediakan oleh China Development Bank (CDB) dan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC).

"Total pinjaman yang disediakan CDB US$20 miliar langsung ke BUMN. Sedangkan ICBC ada US$20 miliar juga," ungkapnya saat berbuka puasa bersama pada akhir pekan lalu.

Menurutnya, rencana pengembangan ekonomi Indonesia pada 2015-2019, sejumlah BUMN membutuhkan dana investasi US$23,8 miliar untuk membiayai 16 proyek. Namun, pemerintah hanya akan mengajukan dana pinjaman yang disediaka oleh CDB senilai US$20 miliar.

Tujuh BUMN direncanakan bakal mengantongi pinjaman dari CDB untuk membangun proyek-proyek raksasa. Di antaranya adalah PT Adhi Karya  (Persero) Tbk. senilai US$1,6 miliar, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. sebesar US$5,92 miliar, dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. senilai US$1,6 miliar.

Selain itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. juga diproyeksikan membutuhkan pembiayaan dari CDB senilai US$4,06 miliar, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) senilai US$3,76 miliar, PT Pelindo II (Persero) senilai US$1,6 miliar, dan PT Angkasa Pura II (Persero) senilai US$0,47 miliar.

Rini menambahkan, selain pembiayaan untuk tujuh perusahaan BUMN tersebut, CDB juga menyediakan dana bagi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) senilai US$10 miliar. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk program percepatan pembangunan megaproyek pengadaan listrik PLN.

Dari ICBC, sambungnya, BUMN disediakan dana US$20 miliar. BUMN yang akan mengantongi pinjaman tersebut berjumlah 6-7 perusahaan, termasuk PLN. Rini belum bersedia merinci proyek-proyek yang akan didanai dari pinjaman ICBC tersebut.

"Proyeknya ada banyak, sebagian besar power plant, ada pelabuhan, pertambangan, feronikel," ungkapnya.

Staf Ahli Kementerian BUMN Sahala Lumban Gaol mengatakan hingga saat ini, baru ada tiga perusahaan pelat merah yang telah mengajukan kebutuhan proyek. BUMN tersebut akan diajukan kepada ICBC untuk mengantongi dana pinjaman senilai total US$20 miliar.

Perusahaan milik negara itu mayoritas bergerak pada sektor infrastruktur. Dia belum bersedia merinci BUMN yang akan mengantongi pinjaman ICBC maupun proyek yang telah diajukan kepada pemerintah.

"ICBC ada tujuh proyek, kami feasibility studies, nanti mereka [ICBC] yang menilai menggunakan prosedur perbankan. Tahun ini bisa feasibility studies-nya," imbuhnya.

Rini Geram

Rini Soemarno geram terhadap penilaian sejumlah pihak yang menuding pinjaman dari China akan membuat BUMN dikuasai oleh Negeri Tirai Bambu. Menurutnya, masyarakat tidak perlu takut karena pinjaman dari lembaga keuangan China itu seperti utang-utang yang dilakukan oleh BUMN-BUMN sebelumnya.

"Kok takut dikuasai China itu lho, BUMN kita kuat, BUMN kita pintar. Kita di Indonesia, bagaimana kita bisa dikuasai orang lain? Harusnya kita yakin bahwa kita punya kemampuan menguasai tempat kita sendiri," bebernya.

Pinjaman dari CDB dan ICBC, sambungnya, merupakan standby loan yang dapat ditarik kapan saja sesuai dengan kesepakatan. Dia menilai, pembangunan proyek infrastruktur di Tanah Air selalu membutuhkan dana pinjaman yang tidak sedikit.

Dana fasilitas utang yang disediakan oleh CDB dan ICBC itu, katanya, tidak berbeda dengan pendanaan yang selama ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pelat merah. Misalnya, PT Pelindo II beberapa waktu lalu telah merilis global bonds senilai US$1,6 miliar setara dengan Rp21,28 triliun.

Penyerapan global bonds yang diterbitkan Pelindo II itu dinilai merupakan sebuah kepercayaan investor internasional terhadap perusahaan BUMN. Kerjasama antar negara dinilai lebih mudah ketimbang masing-masing BUMN harus mencari pendanaan sendiri.

"Jadi begini, dari China ingin betul kerjasama dengan Indonesia itu berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, mereka melalui pemerintahannya, yakni national development reformation commission atau NDRC, mengatakan, oke BUMN saya yang bisa jadi partner anda adalah yang ini," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper