Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga Penjamin Simpanan menyebutkan ada kenaikan jumlah dana valas di industri perbankan di tengah kondisi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika. Kenaikan ini, disebut menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan Bank Indonesia untuk mengerem laju pelemahan Rupiah.
Plt. Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Moch. Doddy Ariefianto mengatakan per Juni 2015, porsi dana valas tercatat sebesar 17%-18% dari keseluruhan DPK bank. Padahal, dalam kondisi normal, dana pihak ketiga (DPK) valas di industri perbankan nasional hanya sebesar 14% dari total simpanan yang dihimpun.
Pada kondisi peningkatan simpanan valas ini, kata Doddy, bisa dijadikan sebagai kesempatan meningkatkan amunisi intervensi Bank Indonesia (BI). Menurutnya, BI bisa menawarkan instrumen seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam denominasi valas dengan bunga di atas 1,5% untuk menggaet cuan valas yang diparkir di bank tersebut.
Pasalnya, hingga kini bankir cenderung memangkas suku bunga untuk simpanan valas. Untuk special rate misalnya, bankir hanya menawarkan bunga maksimal 0,9% atau turun dari 1,5% pada Juni 2014.
“Seandainya BI jualan SBI valas dengan memberikan bunga 1,5%, dana valas mungkin mengalir ke sana dan bisa dipakai sebagai cadangan devisa,” kata Doddy di Jakarta, Rabu (9/9/2015).
Adapun, data uang beredar (M2) yang dipublikasikan BI merekam hingga Juli 2015, simpanan valas di bank naik 17,89% secara tahunan (y-o-y) menjadi Rp635 triliun. Dana deposan yang disimpan di giro valas, mencatatkan kenaikan paling tinggi yakni mencapai 28,03% secara tahunan menjadi Rp278,6 triliun. Menyusul, produk deposito valas dan tabungan valas dengan kenaikan masing-masing 11,49% dan 9,78% y-o-y.