Bisnis.com,JAKARTA— PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menyiapkan sejumlah strategi bisnis untuk menggenjot laba tahun depan.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan ada empat faktor yang bakal mendongkrak laba perseroannya tersebut. Faktor-faktor ini merupakan bagian dari road map transformasi BTN dalam pembiayaan perumahan ke depan.
“Program sejuta rumah, kedua lakukan efisiensi, ketiga penurunan NPL [non-performing loan], keempat masuk dalam produk digital banking, menambah fee based income,” katanya, Rabu (11/11).
Maryono mengatakan dalam mendukung program sejuta rumah, perseroan menerapkan sejumlah strategi. Menurutnya, BTN membagi strategi kreditnya ini ke dalam empat kelompok, yaitu Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit konstruksi, kredit perumahan lainnya dan konsumer, kredit komersial, serta perbaikan kualitas kredit.
Dengan strategi ini, lanjut Maryono, perseroan bakal menyasar segmen kredit lainnya yang masih terkait dengan perumahan, seperti pembiayaan di dalam rumah, termasuk mebel dan kebutuhan rumah tangga lainnya hingga ke pendidikan.
Kemudian, kata Maryono, pendapatan berbasis komisi (fee based income) pun juga bisa menjadi andalan bank dalam memperoleh laba yang tinggi. Pada masa saat ini, BTN bakal terus mengembangkan digital banking-nya untuk mendukung pendanaan dan pembiayaan perseroan.
Dengan digital banking ini, fee based income perseroan bakal terus meningkat. “Tahun ini tumbuh 30%-40%. Tahun depan 20%-30%,” ujarnya.
Selain dari sisi pendapatan, Maryono mengatakan perseroan juga menerapkan strategi dalam pendanaan. Tahun depan, emiten berkode BBTN ini bakal mengoptimalisasi penghimpunan dana murah, aliansi dengan BUMN, serta wholesale funding.
BBTN menargetkan laba tahun depan bertumbuh di atas 25%. Sementara hingga kuartal III/2015, perseroan berhasil meraup laba hingga Rp1,22 triliun atau tumbuh 61,8% secara year on year (y-o-y) dari Rp755 miliar.
Kemudian, total aset tahun depan ditarget tumbuh sebesar 18%-20% serta total kredit dan pembiayaan bertumbuh 18%-20%.
Adapun aset perseroan hingga September 2015 sebesar Rp166,04 triliun atau naik 16,58% y-o-y. Kenaikan tersebut disebabkan kredit melaju sebesar 19,04% dari Rp110,54 triliun menjadi Rp131,58 triliun pada kuartal III/2015.