Bisnis.com, JAKARTA—Grup Panin memilih tak ekspansif pada tahun ini melihat kondisi ekonomi yang diproyeksi masih belum stabil.
Wakil Presiden Direktur PT Pan Indonesia Bank Tbk. Roosniati Salihin mengatakan pada tahun ini, perusahaan memproyeksi kondisi ekonomi masih akan dibayangi ketidakpastian seperti di 2015.
Akibatnya, lanjut Roosniati, perusahaan memutuskan belum akan menggelar aksi ekspansi an-organik atau menambah jumlah anak usahanya.
“Kami juga masih mengurus konglomerasi keuangan Panin secara terpadu, jadi masih belum ada rencana spesifik [untuk ekspansi an-organik],” jelas Roosniati kepada Bisnis.com, Kamis (7/1/2015).
Pada tahun lalu, Bank Panin pun tak menggelar aksi ekspansi an-organik. Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo menuturkan pihaknya lebih memilih untuk menjaga bisnis bank tetap bertumbuh sehat dibanding mengakuisisi entitas lain agar posisi aset meningkat.
Adapun, Grup Panin memang menjadi salah satu kelompok yang masuk dalam 50 entitas konglomerasi keuangan yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam grup ini, ada satu entitas induk dengan 3 anak usaha, 1 perusahaan asosiasi, dan 6 instrumen keuangan.
Herwidayatmo megungkapkan perusahaan yang dipimpinnya telah ditunjuk menjadi entitas induk atas konglomerasi Grup Panin. Dengan menyandang status tersebut, artinya emiten bersandi saham PNBN ini wajib memenuhi aturan soal manajemen risiko dan penerapan good corporate governance (GCG) yang ditetapkan OJK.
Selain dua aturan main tersebut, OJK juga bakal menerbitkan batasan permodalan minimum konglomerasi. Nantinya, besaran modal yang diwajibkan bakal berada di atas akumulasi modal masing-masing entitas yang tergabung dalam konglomerasi lembaga keuangan.
Dengan aturan yang bakal terbit tersebut, Bank Panin pun mulai bersiap menambah permodalan.
Investor Relations Bank Panin Susanto A. H. sempat menuturkan untuk memupuk permodalan, perusahaan bakal mengandalkan langkah laba ditahan dan revaluasi aset. Setidaknya, dari aksi revaluasi aset, PNBN diproyeksi bakal mencatatkan penambahan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 3%.
Sementara itu, dari laporan keuangan bulanan publikasi PNBN per November 2015 menunjukkan perusahaan telah memperoleh keuntungan dari revaluasi aset tetap senilai Rp6,21 triliun.
Pada bulan kesebelas tahun lalu, PNBN juga mencatatkan penyaluran kredit senilai Rp114,02 triliun atau turun 28,29% secara year to date (y-t-d) dari Rp159,03 triliun di akhir 2014. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perusahaan pun terkoreksi 1,6% y-t-d dari Rp121,06 triliun di akhir 2014 menjadi Rp119,03 pada November 2015.
Kinerja penyaluran kredit PNBN menyumbang perolehan pendapatan bunga bersih senilai Rp5,63 triliun atau naik 7,74% y-td. Meski demikian, naiknya beban operasional sebesar 14,13% y-t-d menjadi Rp49,6 triliun menyumbang terkoreksinya laba bersih PNBN.
Laporan keuangan tersebut mencatat, PNBN menghimpun laba bersih senilai Rp1,25 triliun per November 2015 atau turun 38,48% y-t-d dari Rp2,03 triliun di Desember 2014. Kemudian, pada kuartal III/2015, Bank Panin mencatatkan CAR di level 19,55% atau naik signifikan dari 15,81% di periode yang sama tahun sebelumnya.