Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah gencar menyuarakan bunga kredit bank single digit. Beberapa cara dilakukan pemerintah bersama pihak regulator untuk menyeret suku bunga kredit yang saat ini bertengger di angka belasan.
Berawal dari penurunan suku bunga kredit usaha rakyat atau KUR yang ditetapkan tahun ini sebesar 9%, pemerintah terus mengupayakan berbagai cara lain. Seperti, dilarangnya badan usaha milik negara untuk tidak meminta bunga deposito tinggi-tinggi kepada bank. Bahkan, bunga deposito BUMN diupayakan hanya sebesar 5%.
Ini ditujukan supaya dana-dana jumbo milik BUMN tak membebani bank dengan besarnya biaya dana yang ditanggung. Diharapkan, pada gilirannya, menurunnya biaya dana atau cost of fund bank akan menyeret turun bunga deposito dan diikuti oleh bunga kredit.
Tak hanya itu, Bank Indonesia juga telah menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 50 basis poin dalam waktu hanya 2 bulan. Pada hal, sepanjang 11 bulan tahun lalu, BI Rate betah bertengger di angka 7,5%. Saat ini, BI Rate berada di level 7%.
Otoritas Jasa Keuangan sebagai pihak regulator juga tak ketinggalan. Dalam waktu dekat, lembaga pengawas industri keuangan ini juga bakal mengeluarkan insentif bagi bank-bank yang mampu meningkatkan efisiensinya. Nah, di tengah gencarnya upaya penurunan suku bunga kredit bank umum konvensional, jangan lupakan industri perbankan syariah.
Sebenarnya, bagaimana dampak berbagai program penurunan suku bunga kredit di bank umum terhadap bank syariah?
Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad Kusna Permana mengungkapkan salah satu program pemerintah, yakni KUR, bisa menjadi tantangan bagi bank syariah yang terjun di segmen mikro. Mengapa?
Ini disebabkan bank-bank syariah memiliki struktur dana yang mahal. Tengok saja, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank syariah masih tinggi, yakni 97,01% pada akhir tahun lalu.
Simpanan deposito di perbankan syariah masih mendominasi himpunan dana pihak ketiga yang menyebabkan biaya dana tinggi. Per akhir tahun lalu, porsi deposito di bank syariah sebesar 61,13% dari to tal DPK. Adapun, total nilai DPK yang berhasil dihimpun senilai Rp231,16 triliun.
MARGIN
Dengan masih besarnya beban biaya dana yang ditanggung, tentu tak memungkinkan bagi bank syariah untuk mematok margin keuntungan yang rendah. Pembiayaan mikro dibank syariah dinilai takkan menarik apabila dibandingkan dengan KUR yang berbunga 9%.
Kendati demikian, Permana menyebutkan bank syariah yang menggarap segmen mikro belumlah banyak karena infrastruktur yang belum memadai. Portofolio pembiayaan bank syariah Tanah Air sebesar 70%-nya disalurkan ke segmen usaha kecil dan menengah.
"Di sisi lain, langkah pemerintah soal pembatasan suku bunga deposito dan efisiensi menjadi kesempatan bank syariah untuk menurunkan BOPO," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Masih menjulangnya biaya dana bank syariah turut menyumbang penurunan laba bersih industri yang baru berusia 24 tahun ini. Laba industri perbankan syariah, terutama untuk kelompok bank umum syariah (BUS) memang mengalami penurunan sebesar 9,54% secara tahunan dari Rp702 miliar menjadi Rp635 miliar pada akhir tahun lalu.
Permana menyatakan industri bank syariah akan lebih rileks dengan penurunan cost of fund apabila bunga simpanan di bank umum, terutama bank besar, turun. "Dengan penurunan ini, bisa men-trigger single digit yang diikuti efisiensi BOPO."
Ekonom PT Bank Negara Indone sia (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto mengatakan bank-bank di Tanah Air untuk masa mendatang harus pintar-pintar menghimpun dana murah supaya cuan tetap didapat di tengah era menuju single digit. "Pendapatan dari pinjaman tidak bisa lagi diandalkan ke depan nanti," katanya.
Dia menyebutkan komposisi dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro bank idealnya berada di angka 60% dibandingkan total penghimpunan dana pihak ketiga.
Dengan demikian, industri bank syariah mau tak mau berbenah diri untuk mulai mencari cara bagaimana menjaring dana murah masyarakat kalau tak mau terus-terusan menanggung biaya dana yang berat, yang ujung-ujungnya mengurangi raihan laba bank. Tak mudah memang bersaing dengan bank-bank umum, terutama bank penguasa pasar.
Namun, jika tak demikian, bukan tak mungkin pangsa pasar syariah Ta nah Air tak kan beranjak dari 5% trap yang sampai sekarang belum bisa terlewati. Era suku bunga single digit nantinya harus bisa dijadikan kesempatan bagi bank syariah untuk berkembang, bukan malah layu ditelan waktu.