Bisnis.com, SEMARANG - PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk., cabang Pekalongan mencatat capaian penyaluran kredit untuk perumahan bersubsidi di kuartal I/2016 diangka 120% atau di atas target yang dipatok, seiring permintaan hunian rumah tapak di wilayah setempat meningkat drastis.
Branch Manager Bank BTN Pekalongan Bagya Mulyanto memaparkan permintaan rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di wilayah Pekalongan, Batang dan Pemalang terus bertambah setiap tahun.
Ditambah, dukungan proyek infrastruktur dari pemerintah pusat yakni jalan tol Pemalang-Batang, dan Batang-Semarang yang sampai saat ini sedang dikebut untuk pembebasan lahan.
Dia mengakui dari tiga wilayah itu, dominasi penjualan rumah terbanyak ada di Kabupaten Batang yang mencapai 3.000 unit. Bagya menyebutkan realisasi penyaluran kredit hingga kuartal I/2016 untuk rumah bersubsidi capai 120% dan nonsubsidi 62% dari total kredit sepanjang tahun ini sekitar Rp1 triliun.
“Apalagi di Batang ada proyek pembangunan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap). Itu magnet terbesar. Otomatis akan banyak pekerja yang datang, dan kebutuhan rumah meningkat,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Senin (9/5/2016).
Dia mengatakan mayoritas pengembang properti yang mendirikan perumahan bersubsidi di Kabupaten Batang dipastikan laku terjual. Di samping itu, harga tanah di wilayah setempat tergolong masih rendah dibandingkan dengan Kota Pekalongan, yang letaknya bersebelahan.
Bagya yakin pertumbuhan kredit di kuartal II tahun ini bisa menembus 25% atau melebihi target BTN pusat yang hanya mematok pertumbuhan kredit 20%. “Pelayanan konsumen terus kami tingkatkan. Bahkan pas hari libur, layanan pengumpulan berkas dan wawancara tetap kami layani,” terangnya.
Ketua DPD Realestate Indonesia (REI) Pekalongan Ricsa Mangkulla memaparkan penjualan rumah bersubsidi di wilayah pantai utara meningkat tajam. Hal itu karena kebutuhan hunian untuk rumah tapak bagi MBR bertambah setiap tahun.
Namun demikian, katanya, secara umum penjualan untuk rumah tidak bersubsidi agak tersendat karena berdekatan dengan tahun ajaran baru sekolah dan Lebaran 2016.
“Masyarakat sekarang mengumpulkan uang untuk urusan biaya sekolah anaknya. Mereka pasti menunda beli rumah nonsubsidi,” katanya.
Selain itu, katanya, lesunya penjualan produk tekstil di Kota Pekalongan berpengaruh pada pasar properti yang turut landai. Hal ini disebabkan, kata Ricsa, mayoritas masyarakat di Pekalongan bekerja di industri tekstil.