Bisnis.com, JAKARTA- Bank Indonesia berencana memberlakukan pembayaran giro wajib minimum primer (GWM) secara rata-rata atau secara teknikal disebut averaging GWM, untuk memberi fleksibilitas kepada bank dalam mengatur likuiditasnya.
Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian, rencana BI tersebut akan membantu perbankan dalam mengatasi ketersediaan likuiditasnya, dibandingkan dengan yang saat ini berlaku bank harus membayarkan GWM setiap akhir hari.
Dengan membayarkan likuiditas secara rata-rata untuk suatu periode tertentu, perbankan memiliki ruang lebih besar untuk menyalurkan kredit.
''Dengan pemberlakuan GWM rata-rata ini, akan membantu untuk meminimalisir fluktuasi suku bunga pasar uang jangka pendek dan memberikan fleksibilitas bagi bank dalam menjaga likuiditasnya," kata Fakhrul seperti dikutip dari rilis Bahana.
Sehingga pada akhirnya, tambah dia, diharapkan perbankan bisa lebih aktif menyalurkan kredit sebab ketersediaan likuiditas mereka lebih fleksibel.
“Untuk praktiknya, kita masih menunggu detail teknisnya dari BI,” kata Fakhrul.
Dengan lebih aktifnya perbankan dalam menyalurkan kredit, ujarnya, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurut BI masih bisa bertumbuh antara 5% - 5,4% pada tahun depan.
“Estimasi ini sesuai dengan perkiraan Bahana yang sebelumnya sudah memperkirakan ekonomi akan tumbuh sebesar 5,4% pada 2017, seiring dengan perbaikan harga komoditas yang Akan memberi dampak positif terhadap kinerja ekspor,” kata Fakhrul.