Bisnis.com, JAKARTA – Penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap telah membuat Bank Indonesia menyerap likuiditas perbankan sejak 1 Maret hingga 15 September 2022 mencapai sekitar Rp269,3 triliun.
Kenaikan GWM dilakukan bank sentral secara bertahap sejak awal Maret 2022 dan kini telah mencapai porsi 9 persen per awal September bagi bank umum konvensional, sementara untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah, GWM ditetapkan sebesar 7,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan penyerapan likuiditas itu tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit atau pembiayaan baik kepada dunia usaha maupun partisipasi dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan APBN.
Menurutnya, kondisi likuiditas perbankan dan perekonomian sejauh ini tetap terjaga. Hal itu setidaknya tecermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga atau AL/DPK yang masih tinggi yakni mencapai 26,52 persen per Agustus 2022.
“Likuiditas perekonomian juga tetap longgar, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit [M1] dan luas [M2] yang tumbuh masing-masing sebesar 13,7 persen year-on-year [yoy] dan 9,5 persen yoy,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (22/9/2022).
Lebih lanjut, Perry mengatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kesepakatan bersama Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, bank sentral hingga 20 September 2022, melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana sejalan dengan program pemulihan ekonomi nasional,
Baca Juga
Hal itu juga dilakukan seiring dengan pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19 sebesar Rp102,3 triliun.
“Pelaksanaan operation twist telah mendorong imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat sementara imbal hasil SBN tenor jangka panjang relatif terjaga,” pungkasnya.
Sementara itu, suku bunga IndONIA pada 20 September 2022 mengalami kenaikan 58 basis poin dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2022 menjadi sebesar 3,38 persen.