Bisnis.com, JAKARTA—PT Radana Bhaskara Finance atau Radana Finance berencana mengincar pendanaan dari pinjaman luar negeri atau offshore loan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.
Presiden Direktur Radana Finance Evy Indahwaty mengatakan saat ini Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) perseroan masih cukup tinggi, yakni masih berkisar di angka 90%. Tingginya rasio BOPO tersebut lantaran perseroan tengah melakukan transformasi bisnis tahun ini.
“Tahun ini masih tinggi karena ada beberapa hal seperti adanya shifting, pembukaan cabang, upgrade IT, dan infrastruktur sehingga BOPO masih berkisar 90%,” ujar Evy kepada Bisnis.
Dia menjelaskan tahun ini pihaknya memang tengah berupaya mengalihkan fokus bisnis utamanya dengan memperbesar porsi pembiayaan multiguna.
Saat ini, portofolio yang dimiliki perseroan berkode emiten HDFA tersebut sebesar 60% pada kendaraan bermotor, dan 40% adalah multiguna.
Dalam melakukan efisiensi tahun ini sejumlah strategi telah dilakukan perseroan, di antaranya dengan mencari sumber pendanaan yang murah dan memanfaatkan teknologi informasi untuk memangkas proses operasional.
Evy berujar untuk mencari sumber dana yang murah pihaknya mengandalkan pendanaan dari International Finance Corporation (IFC). Pendanaan dari IFC disebutnya memenuhi 25% dari keseluruhan kebutuhan dana perseroan tahun ini.
Tahun depan dalam rangka penghematan biaya, selain mengandalkan pendanaan IFC, pihak Evy juga berencana mencari alternatif pendanaan offshore.
Adapun sumber pendanaan perseroan secara rinci berasal dari pinjaman bank dalam negeri sebesar 70%, melalui pinjaman bank luar negeri atau offshoresebesar 15%, sedangkan sisanya dari penerbitan MTN.