Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mega Tbk. menyatakan perseroan tidak memiliki rencana khusus untuk menggalang pendanaan dari pasar modal atau dana nonkonvensional lainnya pada tahun ini.
Hal itu lantaran rasio pembiayaan terhadap pendanaan yang masih rendah di level 57%. Sebaliknya, dengan likuiditas yang masih melimpah tersebut, perseroan berniat untuk menambah penempatan dana di surat berharga.
“Likuiditas kami masih besar, jadi tahun ini tidak ada emisi (surat utang) apapun, karena tidak ada kebutuhan. Justru kami banyak beli obligasi karena faktor LDR yang rendah itu, dana yang tidak terserap di kredit kami salurkan dengan membeli surat berharga negara, obligasi pemerintah, obligasi korporasi,” ujar Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib kepada Bisnis, belum lama ini.
Tahun ini, Bank Mega masih mempertimbangkan untuk membeli surat-surat berharga di pasar keuangan guna memaksimalkan pendapatan.
Kostaman berharap kebijakan Bank Indonesia yang baru, yakni perubahan perhitungan loan to deposit menjadi rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dapat segera terealisasi sehingga penempatan dana di surat-surat berharga dapat dimasukkan dalam perhitungan rasio intermediasi.
“Kalau semua dihitung, termasuk obligasi korporasi dan obligasi pemerintah, mungkin RIM kami sudah masuk 80-an persen. Tetapi kan detail aturannya belum dikeluarkan, harapan kami semuanya dihitung supaya rasio (intermediasi) naik.”