Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN KREDIT Investasi Anjlok, Konsumsi Jadi Penopang

Bisnis.com, JAKARTA Lambannya pertumbuhan kredit investasi menjadi penyebab utama rendahnya pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan pada tahun lalu.
Pekerja mengerjakan pembangunan salah satu perumahan mewah di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/1). Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, kredit real estate tumbuh 8,7 persen atau menjadi Rp135,7 triliun per November 2017, sementara kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 11 persen. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Pekerja mengerjakan pembangunan salah satu perumahan mewah di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/1). Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, kredit real estate tumbuh 8,7 persen atau menjadi Rp135,7 triliun per November 2017, sementara kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 11 persen. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA — Lambannya pertumbuhan kredit investasi menjadi penyebab utama rendahnya pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan pada tahun lalu.

Chief Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk Anton Hendranata mengatakan, pertumbuhan kredit investasi per November 2017 tercatat 4,5% secara tahunan. Padahal, per November 2016, pertumbuhan kredit investasi mencapai 8,7% secara tahunan. Bahkan, pada periode 2014-2015, pertumbuhan kredit investasi dapat mencapai dua digit.

"[Kredit] modal kerja bagus. Tapi [kredit] investasi yang jatuh. Harus didorong naik. Kuncinya infrastruktur. Kalau tidak orang tidak bisa berproduksi," katanya di Jakarta, Rabu (31/1/2018).

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi bisa di atas 6% jika investasi meningkat dan tidak tergantung pada konsumsi masyarakat. Hal tersebut pernah terjadi pada 2011.

Oleh karena itu dia setuju dengan pilihan pemerintah menggenjot infrastruktur. Sebab, jika infrastruktur tersedia maka minat pengusaha untuk berinvestasi akan meningkat dan permintaan kredit bank akan naik.

Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan konektivitas. Dia mencontohkan, China dan Amerika Serikat bisa berkembang pesat karena mempriotitaskan pembangunan infrastruktur.

Di sisi lain, saat kredit investasi anjlok, kredit konsumsi bersama dengan modal kerja menjadi 'penyelamat' pertumbuhan kredit tahun lalu.

Anton menerangkan, Indonesia sejak lama memang bergantung pada konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga.

Berdasarkan riset Danamon, kredit konsumsi tumbuh 10,3% hingga November 2017. Angka tersebut naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,8%.

"Sejak tahun 60-an kita terlalu bergantung pada sektor konsumsi. Porsinya bisa sampai 55%," imbuhnya.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (Bank Jatim) juga menjadikan kredit konsumsi sebagai penopang pertumbuhan kredit tahun lalu.

Direktur Utama Bank Jatim R. Soeroso mengatakan, penyaluran kredit Bank Jatim per Desember 2017 tercatat senilai Rp31,65 triliun atau tumbuh 7,01% year on year (yoy).

Kredit di sektor konsumsi merupakan penyumbang terbesar yaitu Rp22,29 triliun atau tumbuh 12,42%. Untuk tahun ini pun mereka lebih fokus pada penyaluran kredit konsumsi dan UMKM.

Sebelumnya, Direktur Retail Banking PT Bank Permata Tbk. Bianto Surodjo menuturkan kredit konsumsi, khususnya kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA) tumbuh cukup positif dari waktu ke waktu. Hal tersebut terpengaruh momentum libur panjang Natal dan Tahun Baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper