Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA menilai mandat Presiden Joko Widodo bahwa kredit usaha mikro, kecil, dan menengah alias UMKM perlu dipacu hingga porsinya lampaui 30% dari total kredit bank merupakan hal yang tak mudah dicapai.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, saat ini ada lebih dari seratus bank yang sama-sama membidik pertumbuhan penyaluran kredit UMKM di dalam negeri. Disadari atau tidak kondisi ini tentu menimbulkan persaingan di antara perbankan.
“Kredit UKM itu paling sulit karena ada sekitar 119 bank dan semua punya target tingkatkan penyaluran ke segmen ini,” ucapnya menjawab Bisnis, Jumat (9/3/2018).
Sejauh ini, BCA mengaku akan tetap mengikuti arahan pemerintah terlebih jika presiden yang sudah memberikan mandate. Tapi, perseroan mengakui bahwa kredit UMKM merupakan segmen yang persaingannya paling ketat.
Kendati mengejar pertumbuhan tetapi BCA memastikan akan tetap mengutamakan prudential banking. Apabila tidak demikian bisa-bisa pinjaman UMKM yang disalurkan perseroan malah berujung kepada peningkatan rasio kredit bermasalah. “Kami tidak mau mengorbankan kualitas kredit,” tutur Jahja.
Direktur BCA Henry Koenaifi mengutarakan bahwa sekarang ini porsi kredit UMKM yang dimiliki perseroan sekitar 12%. “Memang semua bank konsentrasi ke segmen ini sehingga segmen ini jadi sangat kompetitif,” katanya.
Di dalam paparan publik atas kinerja BCA sepanjang 2017 disebutkan bahwa sepanjang tahun lalu emiten berkode saham BBCA ini membukukan pertumbuhan kredit komersil dan UKM sekitar 10,3% secara year on year.
Persentase tersebut sama dengan realisasi penyaluran pinjaman senilai Rp167,49 triliun. Adapun penyaluran sampai pengujung 2016 berada di kisaran Rp151,85 triliun.