Bisnis.com, JAKARTA — Zaman dulu, saya atau mungkin sebagian dari Anda sering mendengar ungkapan hidup itu yang cukup saja. Hidup sederhana. Asal semua kebutuhan cukup, makan, sandang, papan, hidup tenteram kertaraharja.
Ada beberapa profesi yang menerima jalan hidup antikemewahan. Ada yang terbukti sukses. Namun, di era sekarang, hidup cukup tidak bisa lagi jadi patokan, kenapa?
1. Kapitalis itu sistem yang menerapkan indeks harga konsumen naik terus. Secara jangka panjang akibatnya fatal. Misalnya harga produk Rp1.000 pada 1980 sekarang setara Rp140.000, zaman old kita belanja mingguan cukup Rp50.000 sekarang cukup beli yoghurt dan yakult. Belum beli makanan.
2. Akibat tekanan kapitalis adalah terjerat utang kartu kredit. Ini bisa mengakibatkan kekerasan finansial. Suami istri bisa cerai gara-gara debt collector. Ini Karena selisih bunga bank 10 kali lipat lebih tinggi bagi yang tidak memiliki assets agunan.
3. Kredit bank new money uang baru terus digelontorkan untuk pembeli properti. Mengakibatkan ketimpangan pendapatan. Capital cost nilainya sampai 20 kali lipat labour cost. Dengan demikian pemilik aset duduk manis menerima keuntungan capital gain setara gaji 20 orang.
Oleh karena itu hidup cukup sederhana tidak bisa lagi dilakoni, pilihannya adalah seperti cerita Putri yang tertukar katakan dengan Dewi atau Anissa. Setiap kredit bank new money uang baru diberikan kepada Anissa. Uang baru new money diberikan terus kepada Anissa. Bagaimana Dewi bisa kebagian?
Baca Juga
Oleh karena itu ibarat ada dua kampung di kampung sebelah kering di kampung satunya ada PAM. Maka kita lebih baik mempertajam indra penciuman uang.
Penulis
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Motivator Uang.
Penulis buku seri "Money Intelligent" dan buku “New Money”
Untuk pertanyaan bisa diajukan lewat: [email protected]