Bisnis.com, JAKARTA — Anda pernah dengar dong tentunya, seorang taipan di Indonesia yang memiliki inisiatif untuk penangkaran harimau liar. Harimau liar, bayangkan saja. Bukan harimau sirkus atau yang biasa dijumpai di kebun binatang.
Caranya, anak harimau yang tertangkap oleh masyarakat di Sumatra, biasanya diselamatkan, lalu dilepas ke tanam nasional di Lampung.
Sepertinya banyak harimau yang sudah dilepasliarkan, tapi mungkin Anda jarang melihat keberadaannya. Ya, namanya harimau liar, mana mungkin menampakan diri.
Hal itu tak ubahnya konsep uang baru atau new money. Sepertinya uang itu ada dimana-mana, tetapi yang ditangan kita seolah-olah kon tidak terlihat. Uang enggak pernah mampir.
Begini, saya tanya bagaimana cara Anda melihat harimau liar yang sudah dilepas ke taman nasional? Anda datang ke sana, seperti wisata, bisa-bisa diterkam.
Bagaimana saya tahu jumlah harimau liar di sana? Caranya ya pakai kamera pengintai. Di foto pakai camera trap yang memotret sesuatu bilamana ada gerakan binatang. Akhirnya terdapat hasil gambar harimau selama satu malam.
Dari situ, kita bisa jawab. Oh, ternyata ada empat ekor harimau di sana. Sehat semua. Setiap ekor harimau ada ciri khas stripe atau corak garis hitam masing-masing individu harimau berbeda.
Demikian pula New money. Uang yang kita pikir di zaman old adalah nilainya yang besar atau kecil. Uang itu setara Louis Vuitton, Rolex, Alphard. Uang dipikir sebagai benda, brand, gengsi, gaya hidup.
Sekarang zaman now uang dipikir sebagai bunga, cicilan, plafon, dan tempo.
Misalnya saya punya u(t)ang kredit multi guna sebesar Rp1miliar, dengan cicilan Rp20 juta per bulan. Mengapa kredit saya perlu di-upgrade? Karena sekarang bunga turun tajam. Buktinya ketika saya upgrade kredit menjadi Rp2 miliar, cicilannya cuma Rp23 juta.
Artinya selama ini saya menyicil dua kali lipat karena bunga bank sekarang turun. Baik itu KPR, kredit investasi, kredit multi guna, kredit modal kerja. Kecuali kartu kredit.
Kok bisa kredit dilipat dua dari Rp1 miliar menjadi Rp2 miliar. Uang siapakah yang Rp1 miliar tambahan tadi? Kok cicilan tidak naik banyak? Ternyata rata-rata kredit 1—2 tahun lalu tingkat bunga di atas 10% sekarang di level 5%-6%. Alhasil kredit kita perlu upgrade.
Masalahnya adalah bila kredit bank kita sudah di level 70%-80% agunan, artinya kita kesulitan upgrade, kecuali harus oper kredit ke bank lain.
Mengapa kredit kita sudah tahu bunganya tinggi tetapi bank tidak berinisiatif memberi tahu kita? Karena bank terikat pada akad tempo perjanjian kredit. Kebanyakan perjanjian kredit mengikat untuk tempo 3-4 tahun sehingga bank berpatokan pada perjanjian dulu.
Apakah bank mengenal penurunan bunga? Tidak. Oleh karena itu bilamana Anda ingin mendapatkan bunga rendah alhasil Anda perlu apply kredit baru.
Saya punya seorang teman distributor komputer dan mendapatkan kredit bank setara 70% agunan, masalahnya adalah tingkat bunganya 10,5% oleh karena itu setiap bulan dia menanggung beban bunga dua kali lipat bilamana dia mau upgrade kredit ke bank lain. Mengapa bank lain? Karena kredit dari bank yang sekarang sudah mencapai target maksimum agunan.
Mengapa bank lain bersedia menanggung upgrade kredit padahal bank sebelumnya tidak bersedia? Karena tujuannya bank itu bukan upgrade maksimum terhadap agunan, namun kelancaran pembayaran cicilan.
Bukan kehendak bank untuk upgrade kredit. Nah bank lain melihat kelancaran cicilan nasabah dan melihat/mereview kapasitas cicilan dengan tingkat beban bunga lebih rendah, katakan turun separuh, sehingga bersedia memberi upgrade kredit. Dan besar kemungkinan, dia tidak menambah banyak cicilannya.
Penulis
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Motivator Uang.
Penulis buku seri "Money Intelligent" dan buku “New Money”
Untuk pertanyaan bisa diajukan lewat: [email protected]