Bisnis.com, JAKARTA - Milenial belum terjabah asuransi. Padahal, dengan adanya proteksi, kaum milenial akan terlindung dari kerugian finansial ketika terjadi risiko.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe, mengatakan gaya hidup dan pandangan milenial saat ini masih pendek. Mereka cenderung untuk menghabiskan uang dibandingkan dengan menginventasikan atau mempersiapkan diri untuk menghadapai risiko.
"Akan lebih baik jika kemampuan mendapatkan income tersebut dikombinasikan dengan proteksi asuransi," kata Dody kepada Bisnis, Sabtu (29/9/2018).
Pada 2018, BPS memproyeksi jumlah penduduk Indonesia mencapai 265 juta jiwa dan 23,95% dari total populasi merupakan kaum milenial atau 62,5 juta. Pulau Jawa memberi kontribusi terbesar dengan 53% atau sebanyak 33 juta jiwa.
Namun, angkat tersebut tidak sebanding dengan jumlah peserta asuransi, yang berdasarkan data asosiasi asuransi jiwa Indonesia jumlahnya masih berkisar 16 juta. Angka tersebut kumulatif, bukan hanya dari milenial namun juga orang tua.
Dody melihat bahwa milenial butuh justifikasi bahwa berasuransi itu menguntungkan. Strategi inilah yang harus dijual para pelaku usaha asuransi untuk mengajak generasi milenial. Tidak cukup disitu, perusahaan asuransi disarankan menyajikan iklan dan ajakan berasuransi dengan gaya yang kreatif.
"Memberikan gambaran asuransi itu mudah, membantu dan berguna. Sementara di sisi lain digambarkan bahwa risiko mengancam setiap saat," ungkapnya.
Di tempat yang berbeda, Sales Director MNC Life, Aldi Rinaldi menambahkan salah satu cara kreatif dalam merangkul generasi milenial untuk berasuransi adalah dengan membuat komunitas.
Menurutnya, lingkungan memberi dampak abainya generasi milenial terhedap asuransi. Oleh karena itu, keberadaan komunitas yang menyebarkan pemahaman tentang pentingnya berasuransi merupakan solusi.
"Penting melakukan pendekatan melalui komunitas-komunitas anak muda untuk membangun kesadaran manfaat dan keuntungan asuransi," ujarnya.
Riset Nielsen Global tahun 2015, milenial masih dianggap generasi yang paling sedikit tersentuh asuransi. Butuh upaya lebih untuk merangkul orang dengan usia produktif tersebut.