Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. menargetkan pertumbuhan laba sebesar 20% dan kenaikan portofolio kredit 10% pada tahun ini.
Adapun capaian laba dan penyaluran kredit pada 2018 masing-masing diproyeksi mencapai Rp535 miliar dan Rp20,8 triliun.
Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga ditargetkan lebih tinggi 15% pada tahun ini. Pada 2018, DPK mengalami penurunan ke kisaran 7,77% menjadi Rp17,8 triliun, dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp19,3 triliun.
Perwakilan manajemen sekaligus Tim Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova mengatakan di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian pada tahun lalu, perseroan berhasil menutup tahun dengan capaian target yang diharapkan. Menurutnya, dengan target-target tersebut perseroan akan menjaga loan-to-deposit ratio (LDR) pada 139%, lebih rendah dari tahun lalu yang berada di level 146%.
Di sisi lain, tahun ini, perseroan juga akan mematangkan rencana untuk naik kelas menjadi Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) III dengan modal inti Rp5 triliun-Rp30 triliun.
"Paling cepat akan naik BUKU III pada kuartal I/2020. Tahun ini, kami targetkan pertumbuhan laba 20% dahulu, sesuai angka rata-rata tahunan pertumbuhan BWS di 20%," papar Rully kepada Bisnis, Selasa (5/3/2019).
Pada akhir kuartal IV/2017, modal inti perseroan berada di posisi Rp3,9 triliun. Dengan asumsi perseroan menahan semua laba pada 2018 dan 2019, modal inti BWS akan menjadi Rp5 triliun pada akhir tahun ini.
Sementara itu, dari pantauan Bisnis, pertumbuhan BWS terbilang cukup konsisten. Menilik laporan keuangan perseroan, laba perseroan berhasil naik menjadi Rp265,23 miliar pada 2015 dari Rp137,93 miliar pada tahun sebelumnya.
Aset juga naik menjadi Rp20,02 triliun pada 2015 dari sebelumnya Rp16,43 triliun.
Pada periode 2016 dan 2017, laba perseroan masing-masing sebesar Rp309,82 miliar dan Rp438,73 miliar.
Bank dengan logo gambar fajar menyingsing ini pun masih memiliki berbagai harapan yang besar dalam menggarap pasar Tanah Air. Salah satunya, cita-cita memperlebar ceruk nasabah milenial yang ditargetkan tumbuh hingga 60% tahun ini, didorong oleh demam Korea Selatan (Korsel) yang melanda anak muda.