Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara fokus memperbaiki struktur pendanaan dengan menggenjot dana murah tabungan dan giro.
Pimpinan Sekretariat Perusahaan Bank Kaltim Kaltara Abdul Haris Salihin menyatakan salah satu sumber dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang diandalkan perseroan yakni simpanan pelajar.
“Untuk dana pihak ketiga (DPK) kami masih konsentrasi dengan CASA. Tabungan Simpanan Pelajar atau Simpel merupakan salah satu fokus kami,” katanya kepada Bisnis, Kamis (14/3/2019).
Tabungan Simpanan Pelajar merupakan program gerakan menabung yang dibuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan diluncurkan oleh Presiden pada 2015. Selain memacu jumlah dana perbankan, program Simpel yang mengajak menabung sejak dini dilakukan untuk memacu tingkat inklusi keuangan.
Menurut Abdul Haris, pelaksanaan program Simpel di Bank Kaltim Kaltara cukup berhasil. Hal itu tercermin dari nilai saldo tabungan yang mencapai Rp94,17 miliar per akhir Desember 2018.
Nilai tersebut meningkat Rp37,63 miliar atau 66,56% secara year on year dibandingkan dengan jumlah akhir Desember 2017 yang berjumlah Rp56,54 miliar.
Hingga akhir Februari lalu, saldo Simpel di perseroan mencapai Rp99,55 miliar atau tumbuh 5,61% secara year to date (ytd).
Untuk total nilai dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perseroan sampai dengan akhir Februari 2019 mencapai Rp20,58 triliun. Jumlah tersebut telah melampaui target penghimpunan DPK Bank Kaltim Kaltara per akhir tahun 2019 sebesar Rp19,7 triliun.
Selain dana konvensional, bank Kaltim Kaltara juga fokus memperbaiki struktur pendanaan jangka menengah lewat pasar modal. Perseroan menggalang dana lewat emisi sertifikat deposito (negotiable certificate of deposit /NCD) senilai Rp500 miliar. NCD dengan kupon 8,8% dan tenor 1 tahun itu diklaim sempat oversubscribe 1,3 kali lipat.
Adanya dana jangka pendek tersebut diharapkan memperkuat struktur pendanaan bank sehingga memiliki likuiditas yang lebih leluasa dalam ekspansi bisnis untuk meningkatkan kinerja.
“Secara total kami menargetkan penghimpunan dana Non-DPK Rp1 triliun lewat instrument NCD. Penerbitannya dilakukan pada kuartal I dan III,” ujarnya.
Dari sisi fungsi intermediasi, bank daerah tersebut menargetkan penyaluran kredit hingga Rp14,47 triliun per akhir tahun 2019. Sejalan dengan itu aset perseroan diharapkan naik menjadi Rp26,56 triliun dan laba kotor terkerek menjadi Rp675 miliar.
Adapun, realisasi kredit yang disalurkan hingga dua bulan pertama tahun ini sebesar Rp13,47 triliun dan laba kotor senilai Rp56,46 miliar.
“Khusus untuk kredit yang belum tercapai Rp1 triliun untuk 10 bulan ke depan. Hal ini mengingat beberapa proyek pemerintah baik daerah maupun pusat yang ada di Kaltim dan Kaltara masih banyak yang belum berjalan karena adanya proses lelang yang juga belum dimulai,” paparnya.
Lebih lanjut, Abdul Haris menyatakan sebagian besar target kredit yang diincar tersebut yakni dari segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“Target hingga akhir tahun 2019 kredit UMKM sebesar Rp2,89 triliun, di mana sampai akhir Desember 2018 lalu baru tercatat Rp1,64 triliun.”