Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen risiko bencana melalui asuransi dinilai perlu terus didorong mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan risiko kerusakan ekonomi yang tinggi akibat bencana alam.
Hal tersebut menjadi pembahasan utama dalam gelaran International Insurance Seminar (IIS) yang diselenggarakan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Selasa (23/04/2019) di Jakarta. Acara tersebut mengusung tema Natural Catastrophe on the Move.
Ketua Bidang Hubungan Internasional AAUI Adi Pramana menjelaskan pihaknya mendorong industri asuransi untuk mengambil peranan dalam mengurangi beban keuangan pemerintah dalam mengatasi bencana. Dia menilai industri asuransi dapat berperan besar dalam mendorong manajemen risiko ekonomi akibat bencana alam.
"Oleh karena itu, kami dari asosiasi, didukung oleh pemerintah dan para pelaku industri, ingin memberikan pandangan yang seluas-luasnya tentang bagaimana mengelola manajemen risiko bencana melalui asuransi di masa yang akan datang," ujar Adi, Selasa (23/04/2019).
Dia menjelaskan, terdapat dua hal yang menjadi pembahasan para pelaku industri asuransi dalam acara tersebut, yakni memastikan kecukupan dari model manajemen risiko bencana alam yang ada saat ini dan penggunaan teknologi baru dalam manajemen risiko bencana alam.
Direktur Pengawas Asuransi Otoritas Jasa Keuangan Ahmad Nasrullah menjelaskan Indonesia memiliki potensi kerusakan yang besar akibat bencana alam karena berada di kawasan cincin api—jalur pegunungan berapi. Kondisi tersebut belum diimbangi oleh proteksi asuransi terhadap aset-aset yang rentan terdampak bencana, seperti properti dan infrastruktur.
"Untuk meningkatkan kesadaran sekaligus keamanan aset properti sudah dirintis dengan [pembentukan] Konsorsium Asuransi Barang Milik Negara. Harapannya [konsorsium] itu bisa mendorong kesadaran masyarakat melakukan asuransi untuk seluruh propertinya," ujar Ahmad saat ditemui di sela acara.