Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan terus melakukan langkah preventif guna menjaga perolehan bunga bersih tetap terjaga di kisaran 5,3-5,4 persen sampai akhir tahun ini.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan salah satu langkah yang diambil yakni melakukan penyesuaian suku bunga secara terukur sejak April 2019 . Tak hanya menaikkan suku bunga kredit, perseroan juga menekan biaya dana mahal untuk meningkatkan Net Interest Margin (NIM) di atas 5 persen.
Pasalnya, perseroan harus mengalami penurunan NIM menjadi 5 persen pada kuartal I/2019, dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,4 persen.
"Guidance NIM kami adalah 5,3 persen. Penetapan bunga mengacu kepada mekanisme pasar, di mana penetapan bunga spesial untuk dana dan kredit dilakukan secara amat selektif, hati-hati, dengan terms and conditions atau persyaratan tertentu dan berorientasi jangka menengah panjang," paparnya kepada Bisnis, Selasa (7/5/2019).
Anggoro menerangkan strategi tersebut menjadi jalan tengah agar bersama-sama nasabah dan debitur bisa mengatasi berbagai tantangan pada tahun ini. Adapun salah satu kenaikan suku bunga kredit yang disesuaikan akibat kenaikan BI 7-day (Reverse) Repo Rate (BI-7DRR) tahun lalu yaitu segmen konsumsi.
Pada 2018, Bank Indonesia (BI) mengerek BI-7 DRR sebanyak 6 kali, dari 4,25 persen menjadi 6 persen. Perinciannya, 2 kali pada Mei, 1 kali pada Juni, 1 kali pada Agustus, 1 kali pada September, dan 1 kali pada November.
Baca Juga
"Kami sudah lakukan penyesuaian suku bunga konsumsi sampai 50 basis poin (bps) dengan kemungkinan masih akan ada lagi ruang kenaikan. Saat ini, khusus untuk KPR, rata-rata bunga 6,75-7 persen yang paling rendah," kata VP Consumer Lending BNI Egos Mahar, belum lama ini.