Bisnis.com, JAKARTA — Penyaluran kredit lintas batas negara atau cross border credit yang dikucurkan oleh kantor cabang atau korespondensi bank nasional menunjukkan tren peningkatan pada awal tahun ini.
Hal itu seiring dengan agresifitas ekspansi pelaku usaha nasional di luar negeri, dan perusahaan asing yang terafiliasi dengan kepentingan ekonomi di dalam negeri.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo menyampaikan, pelaku industri perbankan hanya mengikuti ekspansi bisnis nasabah. Jika nasabah di luar negeri menunjukkan pertumbuhan bisnis yang signifikan, penyaluran kredit otomatis menunjukkan tren positif.
“Kami sebagai bank hanya memfasilitasi nasabah, baik nasabah luar negeri yang ada hubungannya dengan Indonesia maupun pelaku usaha dalam negeri yang ekspansi di luar negeri,” ujarnya, Rabu (13/6/2019).
Sementara itu, pertumbuhan cross border credit BRI mencapai 30,30% (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2019. Kredit meningkat dari US$330 juta pada Maret 2018 menjadi US$430 juta pada Maret 2019.
Namun, kontribusi cross border credit baru mencapai 0,7% dari total penyaluran kredit bank pelat merah ini.
Kehadiran kantor cabang atau korespondensi di luar negeri, menurut Haru, membantu perseroan dalam menggalang dana dengan biaya yang lebih murah. Hal itu, sambungnya, memberi kesempatan pada BRI untuk menyalurkan kredit dengan bunga yang lebih kompetitif.
“Biaya bunga di sana sangat rendah, dan bunga kredit juga lebih rendah,” tuturnya tanpa memerinci besaran suku bunga yang diperoleh.
BRI memiliki tiga kantor cabang, dan tiga kantor cabang pembantu di luar negeri. Kantor cabang tersebut beroperasi di Singapura, Amerika, Cayman Islands, dan Timor Leste.