Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan perkembangan rasio kredit bermasalah pada Januari hingga Mei 2019 masih sesuai target perseroan.
Direktur Manajemen Risiko Bank BNI Bob Tyasika Ananta mengungkapkan bahwa sepanjang 2019, perseroan menargetkan rasio NPL tidak melebihi 2%.
Dengan kata lain, realisasinya diharapkan relatif sama dengan rasio NPL pada akhir tahun lalu sebesar 1,9%.
“Sampai dengan Mei 2019, kualitas kredit kami masih dalam range target yaitu NPL tidak melebihi 2%,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Dia mengatakan, untuk menjaga kualitas kredit tetap sesuai dengan kisaran target, Bank BNI melakukan seleksi yang ketat terhadap calon nasabah serta melakukan pemantauan pinjaman.
“Beberapa strategi utama yakni pemberian pinjaman kepada nasabah dengan kualitas yang baik, proses kredit kami lakukan dengan sangat prudent, dan pelaksanaan pemantauan pinjaman dengan sangat ketat,” tuturnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Bob menyampaikan rasio loan at risk BNI diharapkan dapat terjaga di bawah 8% hingga akhir tahun 2019.
Adapun, posisi loan at risk pada akhir 2018 mencapai 7,9%, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2017 yang mencapai 9,9%.
Sementara itu, rasio restrukturisasi kredit BNI diharapkan akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni di kisaran 5% - 6%.
Begitu juga dengan total jumlah kredit yang dihapusbukukan, diproyeksikan relatif sama atau lebih kecil dibandingkan tahun lalu.
Adapun, total nilai hapus buku kredit BNI pada akhir 2018 mencapai Rp7,44 triliun, sedangkan total restrukturisasi kredit sebesar Rp29,3 triliun.
Performa bank pelat merah tersebut masih dapat dikatakan positif dan di bawah rasio NPL industri perbankan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pada Mei 2019, rasio NPL gross perbankan tercatat sebesar 2,61%, meningkat tipis dibandinkan 2,57% pada bulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, rasio NPL net perbankan juga naik menjadi 1,18% dibandingkan sebelumnya sebesar 1,15%.