Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuiditas BRI Bertambah Rp4 Triliun Karena Relaksasi GWM

Relaksasi GWM oleh Bank Indoensia diperkirakan akan melonggarkan likuiditas Bank BRI hingga Rp4 triliun.
Pengunjung melintasi logo Bank BRI di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (13/4)./Bisnis.com
Pengunjung melintasi logo Bank BRI di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (13/4)./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyambut positif relaksasi giro wajib minimum atau GWM oleh Bank Indonesia yang diyakini akan memperlonggar likuiditas perseroan sekitar Rp4 triliun.

“Kami menyambut baik relaksasi GWM sebesar 50 bps menjadi 6%. Tentunya hal tersebut dapat meningkatkan kondisi likuiditas perbankan nasional serta fleksibilitas dana sehingga dapat menjaga suku bunga JIBOR,” kata Sekretaris Perusahaan Bank BRI Bambang Tribaroto kepada Bisnis, Kamis (4/7/2019).

Dia mengatakan, dari perhitungan secara nasional, relaksasi 50 bps tersebut akan dapat menambah likuditas bagi industri perbankan sekitar Rp25 triliun.

“Bagi BRI, dengan jumlah dana pihak ketiga sekitar Rp900 triliun maka diharapkan akan ada tambahan likuiditas sekitar Rp4 triliun,” katanya.

Lebih lanjut, Bambang menyebutkan, kelebihan likuiditas tersebut dapat menjadi tambahan ruang bagi perseroan dalam menyalurkan kredit, khususnya ke pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Dalam kesempatan sebelumnya, Bambang menyebutkan realisasi pertumbuhan penyaluran kredit perseroan sepanjang lima bulan pertama tahun ini masih sesuai target kendati pertumbuhan kredit industri menunjukkan perlambatan.

“Hingga awal kuartal II/2019, pertumbuhan kredit BRI masih on the track dengan target yang ditopang oleh semua segmen kredit, baik modal kerja dan investasi,” ujarnya.

Dia mengakui secara industri, penyaluran kredit melambat khususnya kredit modal kerja. Hal ini selain disebabkan faktor eksternal seperti penurunan beberapa harga komoditas, juga dipengaruhi oleh stagnasi permintaan kredit dari pelaku usaha.

Di samping itu, para debitur masih cenderung menunggu kepastian suku bunga ketika akan melakukan penarikan kredit.

“Sektor yang tercatat mengalami penurunan pertumbuhan, secara umum di antaranya adalah sektor perkebunan dan sektor pengangkutan,” ujarnya.

Walau begitu, emiten bersandi BBRI ini masih optimistis mampu mencapai target pertumbuhan kredit dua digit. Khusus untuk kredit modal kerja dan investasi diperkirakan tumbuh sebesar 12% - 14% pada akhir semester I/2019.

“Ke depan diprediksi pertumbuhan kredit modal kerja akan kembali membaik. Pada akhir semester I/2019, baik untuk kredit modal kerja dan kredit investasi kami optimistis dapat tumbuh dalam range 12-14%,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper