Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Kredit Perbankan Akan Terganggu Likuiditas

Fungsi intermediasi bank akan terganggu oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang masih lambat. Sumber dana alternatif akan dibutuhkan bank untuk menjaga pertumbuhan bisnis utama.
Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menjawab pertanyaan saat halalbihalal bersama media di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menjawab pertanyaan saat halalbihalal bersama media di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Fungsi intermediasi bank akan terganggu oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang masih lambat. Sumber dana alternatif akan dibutuhkan bank untuk menjaga pertumbuhan bisnis utama.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto mengatakan bahwa pasca hiruk pikuk politik, dunia usaha akan kembali bekerja optimal, sehingga membutuhkan pendanaan dari bank.

Namun, bank akan terbilang selektif menyalurkan dana karena pertumbuhan dana konvensional belum juga bergerak naik mendekati laju permintaan kredit baru.

“LDR sudah naik ke kisaran 95%, mengharuskan perbankan harus lebih selektif dan hati-hati dalam menyalurkan kredit karena sesungguhnya ruang ekspansinya sudah makin terbatas,” katanya kepada Bisnis, Rabu (17/7/2019).

Dia melanjutkan bahwa bank harus pandai mengelola DPK dengan cost of fund yang wajar agar margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tidak tertekan. Selain itu, pilihan alternatif menerbitkan surat utang untuk menjaga likuiditas akan menjadi pilihan.

Dalam kaitannya dengan Bank Indonesia, menurut Ryan, sejauh ini bank sentral telah melakukan upaya pelonggaran likuiditas.

Seperti di antaranya adalah memangkas giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 6%. Selanjutnya, dalam rapat dewan gubernur (RDG), Ryan memproyeksikan GWM akan kembali dipangkas 50 bps untuk melonggarkan likuiditas guna mendukung ekspansi kredit.

“Untuk BI rate tetap 6%,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiatmadja mengatakan bahwa kredit tidak bisa melaju kencang tanpa didukung oleh DPK. “Kalau DPK kurang pasti pengaruh kepada kredit,” katanya.

Adapun per Mei 2019, DPK industri perbankan tumbuh 6,27% secara tahuan (year-on-year/yoy) menjadi Rp5.671 triliun. Capaian pertumbuhan dua bulan lalu itu merupakan yang paling kecil dalam satu tahun terakhir.

Berdasarkan catatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), kinerja penghimpuanan dana periode tersebut membawa loan to deposit ratio (LDR) menjadi 96%. Sebelumnya, sepanjang Januari—April, likuiditas sempat melonggar menjadi sekitar 93% hingga 94%.

Selain itu, rasio aset likuid terhadap noncore deposit (AL/NCD) juga merosot menjadi 88,33%. Sebelumnya AL/NCD perbankan sekitar 95%.

Menurut survei BI, perlambatan DPK masih akan berlanjut. Pasalnya saldo bersih tertimbang (SBT) penghimpunan DPK diperkirakan tumbuh 87,1% pada kuartal III/2019, atau lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, 95,4%.

Perlambatan pertumbuhan itu diproyeksi terjadi pada jenis instrumen giro. Pada periode yang sama, tabungan dan deposito diperkirakan meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper