Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tengah menyiapkan tiga rencana strategis yang akan dilaksanakan pada tahun depan.
Direktur Finance, Treasury & Strategy BTN Nixon L.P Napitupulu memaparkan rencana tersebut antara lain penyampaian agenda spin off Unit Usaha Syariah (UUS), akuisisi perusahaan modal ventura PT Sarana Papua Ventura (SPV), dan akuisisi PT PNM Investment Management (IM).
"Ada tiga rencana besar yang akan kami lakukan tahun depan," katanya dalam kunjungan ke kantor Bisnis Indonesia, Senin (16/9/2019).
Rencana spin off akan diajukan pada 2020, karena tahun depan adalah batas waktu terakhir penyampaian rencana aksi korporasi.
Mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/20/PBI/2009, pemisahan atau spin off UUS dari bank induk wajib dilakukan saat UUS memiliki aset sebesar 50 persen dari total aset induk. Selain itu, UUS punya batas waktu untuk memisahkan diri dari induk selambat-lambatnya 15 tahun setelah berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, atau 2023.
Sementara itu, akuisisi SPV dilakukan guna mendukung core business bank. SPV merupakan anak usaha PT Bahana Artha Ventura, yang merupakan anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).
Di samping itu, Nixon memaparkan perseroan juga tengah membahas tahapan kedua penyuntikan modal PNM IM. Sebagai informasi, BTN menargetkan akan menjadi pemegang saham pengendali PNM IM dengan porsi saham 85 persen. Saat ini, bank pelat merah tersebut baru memegang 30 persen saham PNM IM.
Per Juni 2019, BTN mencatatkan penyaluran kredit senilai Rp251,04 triliun atau tumbuh 18,78 persen secara tahunan. Namun, laba bank yang fokus di perumahan ini harus turun 7 persen.
Berdasarkan data Bisnis, BTN mencatatkan laba bersih Rp1,3 triliun atau 50 persen dari target 2019 sebesar Rp2,6 triliun. Angka ini turun dari periode yang sama tahun lalu.
Namun, BTN mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 16,58 persen (yoy) dari Rp 268,04 triliun pada semester I/2018 menjadi Rp312,47 triliun.
Baca Juga
Laba operasional BTN masih tumbuh dibanding tahun lalu. Laba bersih turun karena CKPM (Pencadangan) dibentuk besar untuk memenuhi ketentuan PSAK 71.
Pertumbuhan kredit BTN masih ditopang sektor perumahan. Lini bisnis ini mencatatkan kenaikan 19,72 persen (yoy) menjadi Rp 173,61 triliun.
Segmen kredit ini didorong oleh penyaluran kredit KPR subsidi menjadi senilai Rp 90,75 triliun atau naik 27,55 persen (yoy).